As Long As You're Happy, Dear...





Saya ingat dulu sebelum Nayra 3 tahun, Nayra seringkali bilang kalau dia ingin sekolah. Saya dan suami sampai harus mencari-cari sekolah yang pas untuk nayra. Meski akhirnya kami masih maju mundur antara  ingin menyekolahkan dia atau tidak. Saya sebenarnya masih belum yakin, apakah Nayra sudah siap untuk sekolah ataukah kelak dia akan bosan?

Hingga akhirnya, dengan beberapa pertimbangan, bulat keputusan saya untuk mencoba menyekolahkan dia di sebuah playgroup dan Tk dekat dengan rumah.  Ternyata di TK tersebut Nayra yang paling muda usianya, temannya sesama playgroup usianya 4 tahun. Saya pikir,  ya udah coba dulu aja,  apakah Nayra senang atau kah tidak di sekolahnya. Ternyata hari pertama di sekolah dia bisa mengikuti kegiatan dengan baik,  bahkan hari pertama dia sudah ditinggal dan tidak saya temani. Dan saya bersyukur kalau ternyata dia tampak senang dengan kegiatan barunya yang 3 kali seminggu tersebut (padahal aslinya setiap hari,  tapi saya sengaja bilang ke miss, kalau Nayra Masukny cukup 3x aja meski bayarannya tetap sama)

Saya termasuk orang tua yang berusaha fleksibel (and still trying to be flexible) dalam pola pengasuhan anak, karena saya yakin tiap anak itu berbeda. Mungkin ada teori parenting A, B, C, D,  endebre endebera..  Tapi ternyata toh ga bisa saklek kita praktekin di rumah karena ternyata ga efektif untuk anak kita. Misalnya saja,  ada yang bilang bahwa membaca,  ngaji, menghafal itu jangan terlalu dini diajarkan pada anak..  Lah tapi kalau kenyataannya anaknya sendiri yang mau, gimana?

Atau ada yang bilang ga boleh ngomong pake  kata "jangan" sama anak, dsb de es be... Padahal kata jangan itu juga penting kaleek.... Hihi (menurut saya sih gituh). Atau ada yang bilang time out itu ga bagus..  Termasuk ada yang bilang kalau sekolah usia dini Itu kurang baik...  Oh my god... Padahal saya lihat ada beberapa temen saya di psikologi yang masukin anaknya les balet, berenang,  musik dsb.. Alasannya cuma satu..  Karena anaknya sendiri yang suka dengan  aktivitas tersebut.. Trus mosok kita larang toh? Bahkan fakultas psikologi di ui juga bikin tpa makara untuk anak anak usia 2 tahun..  Hihi.. Dan saya lihat anak anak disana bagus bagus kok perkembangannya dari aspek kognitif, sosial, emosi dan motoriknya (dari yang saya lihat selama mengajar disana)

Saya sendiri sih selalu memegang prinsip, "selagi anaknya senang dan enjoy melakukannya,  ya apa salahnya dicoba?".  Saya yakin tiap anak kan punya hobi dan minat yang berbeda, tidak bisa digeneralisir melalui teori. 
Ada salah seorang anak (adiknya temen nayra di sekolah) awalnya ingin dimasukkan ke playgroup juga seperti Nayra ,tapi ternyata anaknya ga mau. Dia juga susah berpisah dengan ibu. Ya kalau kondisinya gitu masa harus dipaksa? Justru malah kasian kan kalau nanti dia harus ikut kegiatan sekolah dengan perasaan tak nyaman. Makanya, saat nayra berkata kepada saya  kalau dia pengen sekolah..  Ya saya harus bener-bener meyakinkan kembali..  Apakah kelak dia senang di sekolah,  apakah teman-temannya baik dan apakah gurunya juga baik kepada dia. Itu suatu hal yang penting buat saya untuk memastikan bahwa sekolah bisa jadi momen menyenangkan yang akan dia kenang dalam hidupnya. Dan alhamdulillah hingga saat ini dia terlihat enjoy sekolah..  Bahkan dia selalu berkata "besok sekolah lagi yaa bu". Padahal kenyataannya  besok nayra libur. . xD

Sama juga dengan ngaji atau menghafal..  Karena nayranya sendiri yang pengen ngaji,  "lah aku kudu piye?" Justru menurut saya itu sesuatu yang baik ketika anak kita mau dengan sendirinya (tanpa kita paksa) untuk melakukan sesuatu. Meski pada awalnya kita tidak merencanakan hal tersebut, tapi bukankah anak anak itu penuh kejutan?

Saya tidak ingin menyamakan pola asuh saya dengan  orang lain..  Tiap orang tua pasti tau yang terbaik untuk anak-anaknya, dan  masing-masing dari kita mewujudkannya dengan cara yang berbeda beda. Sehingga tak perlu lah pusing dengan pendapat orang lain..  Toh parenting itu bukanlah sebuah kompetisi ataupun perlombaan untuk melihat mana yang paling keren dsb. Yang baik menurut keluarga A belum tentu cocok untuk keluarga kita. Jadi ga usah membandingkan satu dengan yang lain..  Yang mau masukin anaknya ke sekolah silahkan, yang mau homeschooling juga monggo.. Yang pengen anaknya bebas dari tv silahkan, yang mau sesekali nonton tv ya ga apa apa (selagi tontonannya aman). Yang No gadget di rumah ya monggo, yang sesekali pengen ngenalin gadget sama anaknya ya no problem. Semua pasti punya pertimbangan sendiri sendiri toh..  Dan saya percaya,  tiap orang tua ingin memberikan yang terbaik untuk anaknya.. Yang penting  kita harus ingat, bahwa apa yang kelak kita ajarkan  pada anak kita pasti akan dimintai pertanggungjawabannya sama Allah,  jadi apa yang akan kita ajarkan ke anak, selagi tidak melenceng dari koridor agama ya lakukan saja. Berdo’alah, mudah-mudahan kita diberikan kemudahan  dalam membimbing anak-anak kita dan berdo’alah mudah-mudahan anak kita menjadi pribadi muslim yang kaffah dan dicintai Tuhannya. Impian semua orang tua kan? :)

*dan tentu saja apa yang saya tulis adalah self reminder untuk diri saya sendiri  ;) sekian dan bersemangaat..

Posting Komentar untuk "As Long As You're Happy, Dear... "