DialogAku (6): Yuyun di Sarang Penyamun

Yuyun di Sarang Penyamun

Beberapa hari ini, mendengar kabar berita yang sungguh menyesakkan dada.  Ngilu, sedih, kesal, marah...  Mulai dari kezaliman yang terjadi di Suriah, pembunuhan terhadap mahasiswa dan dosen. Dan yang lebih menyedihkan, salah satu berita berasal dari provinsiku sendiri yaitu Bengkulu... 

Yuyun, gadis belia berusia 14 tahun..  Tak disangka harus meninggalkan dunia dengan kondisi yang mengenaskan. Sepulang sekolah, diperkosa belasan pemuda. Ya Allah..  Tak sanggup membayangkan penderitaan YuYun..  Tubuhnya pun juga tak sanggup menerimanya sehingga ia pun meregang nyawa saat peristiwa itu terjadi...  Bacalah berita dan kau pasti tak sanggup membaca hasil visum tentang kondisi dirinya. Menyesakkan dada terutama aku pribadi yang juga merupakan seorang perempuan. Rasanya ingin mengutuk, mengumpat, mencaci para lelaki biadab hama masyarakat. Tapi apakah itu bisa membuat Yuyun kembali hidup? Tidak...  Tinggal proses hukum yang seadil adilnya lah yang harus dilakukan bagi para pelaku pemerkosa. Dan sungguh aku berharap semoga pelaku mendapatkan hukuman yang paling berat.


Hei kau pemuda nganggur!

Mungkin benar kata bang napi, bahwa kejahatan itu terjadi bukan hanya sekedar ada niat dari pelakunya tetapi juga karena ada kesempatan. Jika seandainya para pemuda itu menghabiskan waktunya bertani di ladang, membersihkan rumput rumput di kebunnya, berjualan atau mengenyam pendidikan.. Kejahatan itu mungkin tak kan sempat mereka lakukan karena mereka sudah punya kesibukan lain. Sayangnya tidak demikian dengan para pemuda itu. Boleh dibilang didaerah Yuyun (bahkan di daerahku juga sih) banyak pemuda nganggur yang tak jelas kerjaannya.. Dengan alasan mereka tak punya pekerjaan..  (yang sebenarnya adalah alasan yg dibuat buat saja) mereka bisa dengan enaknya kongkow kongkow membicarakan hal tak penting yang saya yakin kemudian jadi muara munculnya ide kejahatan yang terjadi pada Yuyun. Sebenarnya kalau mau kerja, disana  juga banyak yang bisa dikerjakan, semisal menjadi petani (karena Rejang Lebong dianugerahi tanah yang amat subur) , jadi tukang, supir. Tapi kebanyakan laki-laki disitu (yang pendidikannya rendah) rata-rata pemalas dan merasa gengsi menjadi petani terutama para pemudanya. Mereka ingin mendapatkan hasil secepatnya tanpa mau bekerja lelah.. Saya pribadi suka risih melihat banyak lelaki yang hanya nongkrong nongkrong di teras rumah, ngobrol ga jelas sambil asyik merokok. Sementara ibu, istri atau saudara perempuannya sibuk bekerja membanting tulang...  Di tempatku banyak sekali yang begitu. Sehingga tak heran saat sma,  sering kali aku protes dalam hati melihat fenomena di lingkunganku yang seakan menjadikan perempuan sebagai babu.. Bayangkan, perempuan tidak hanya bekerja di rumah mengurus anak dan suami, tapi ia juga harus mencari duit untuk keluarga sementara suami mereka hanya berleha leha dengan rokok mereka. Sungguh miris. Dan laki laki yang ga jelas semacam itulah yang kelak kemungkinan besar akan menjadi hama masyarakat...  Merusak, mencuri, dan bahkan memperkosa.. 

Tentu tak semua laki-laki disana seperti itu..  Ada juga para bapak yang tetap bertanggung jawab atas keluarganya.. Saya tentu tak bermaksud menggeneralisir, sekalipun rasanya ingin sekali mengusir jika melihat para pemuda yang ga jelas kerjaan asyik merokok saja di pinggir jalan...Bukan karena tak ada kerjaan mereka seperti itu, tapi karena mereka pemalas dan tak mau berusaha mencari kerja dengan cara yang halal..



Daerah Lembak, sarang penyamun (?)

Daerah put dan sekitarnya sejak dulu kala memang dikenal sebagai daerah dengan tingkat kriminalitas yang tinggi. Sering sekali bahkan mungkin hampir tiap hari ada berita kejahatan dari wilayah tersebut.  Polisi saja sepertinya tidak berdaya dan jenuh menghadapi kejahatan disana, padahal polisi punya hak memegang senjata. Kantor kepolisian saja pernah dibakar gegara ada warga Lembak yang tertembak karena perampokan. Lalu warganya (malah) marah dan tak terima sehingga mereka membakar markas polisi. Parah banget kan..  Jadi sebenarnya memang orang orang yang berada di wilayah situ yang harus disadarkan. Pola pikir mereka sudah berbeda dengan orang normal (sorry jika rada emosi ). Mereka menganggap melakukan kejahatan adalah sebuah prestasi dalam hidup mereka. Dan mungkin itu pulalah yang menyebabkan para pelaku pemerkosaan masih sempat tertawa tawa saat di tahanan.
Permasalahan di sana sudah terlalu kompleks, bukan hanya soal minuman keras ataupun pornografi yang menyebabkan pemerkosaan.. (meskipun saya tetap sepakat bahwa keduanya bisa menjadi pencetus terjadinya pemerkosaan). Pola pikir dan mental mereka  sendiri yang memang harus dirubah..  Mereka menganggap bahwa ga masalah mati ditembak..  Kalau mati yo udim (kalau mati ya sudah).. Sudah jadi semacam motto dalam hidup mereka. Padahal mereka tak tahu apa yang menanti mereka setelah kematian itu terjadi.

Makanya saya sendiri pun bingung bagaimana caranya merubah masyarakat disitu. Kejahatan seakan mendarah daging di wilayah itu. "kalau lu ga ngelakuin kejahatan, lu ga jantan..pengecut"  mungkin semacam itulah kira kira yang ada dalam pemikiran para penjahat disana. Saya sih berharap orang orang baik disana diberi rizki yang luas untuk hijrah ke. Wilayah lain yang lebih aman (karena orang orang baik ini kalau bukan kelak jadi korban, kemungkinan nanti ikutan jadi penjahat juga..  Apalagi yang masih anak-anak). Sulit merubahnya kecuali ada penjahat kelas kakap dari golongan mereka yang bertaubat dan kemudian mengajak penjahat lainnya ikut bertaubat. Kalau mengandalkan orang luar malah nanti jadi tumbal..  Lah orang asli sana aja bisa jadi korban apalagi cuma orang dari penduduk lain yang mereka ga kenal. Ya kan?


Anak anak dan Harapan Baru PUT


Saya sangat mengapresiasi dengan apa yang dilakukan mensos . Beliau katanya mau menyekolahkan adik Yuyun ke pesantren di Jawa Timur.  Mungkin memang sebaiknya anak anak di put disekolahkan di pesantren saja semuanya.   Lalu mereka kelak diminta kembali ke daerah itu sebagai generasi pembaharu. Kalau anak anak disana tumbuh dilingkungan semacam itu, kalau bukan mereka jadi penjahat, kemungkinan merekalah yang kelak akan menjadi korban. Dan itu pada akhirnya tetap tidak bisa memutuskan mata rantai kejahatan jika sejak awal anak anak PUT tidak diselamatkan segera.

Mudah-mudahan ada gerakan bersama atau semacam bantuan dana sosial untuk menyekolahkan anak anak PUT ke pesantren..  Semakin banyak anak muda yang diselamatkan dan dijaga fitrahnya, maka insya Alloh akan semakin lebih baik daerah tersebut di masa depannya. Kemudian harapannya anak-anak inilah yang kelak kembali ke kampung mereka, melawan bersama sama kejahatan yang telah mendarah daging di wilayah tersebut. Saya yakin, semakin banyak anak muda yang diselamatkan dan dijaga fitrahnya, maka insya Alloh akan semakin lebih baik daerah tersebut di masa depannya. Doa dan harapanku untuk PUT. Ayo siapa yang mau berpartisipasi? :)

Posting Komentar untuk "DialogAku (6): Yuyun di Sarang Penyamun "