Mengenal Kurikulum Allah (Sebuah Rangkuman)

(Tulisan ini disampaikan oleh Bapak Adriano Rusfi dalam kulwap  yang berjudul kurikulum Allah)


pixabay.com


Semua peristiwa yang terjadi dalam kehidupan ini adalah rencana Allah, program Allah, blueprint Allah. Tak ada yang kebetulan dan tak ada yang sia-sia (3 : 190-191). Setiap peristiwa hadir sebagai bagian dari sunnatullah, untuk merespons perilaku, permasalahan dan kebutuhan manusia. Musibah pun hadir sebagai jawaban atas ulah manusia (30 : 41). 

Alhasil, atas kekuasaan Allah maka setiap peristiwa adalah pelajaran bagi manusia. Terjadinya sejumlah peristiwa "asbabun nuzul"nya adalah perangai  manusia itu sendiri, agar manusia belajar darinya.

Hebatnya lagi, setiap peristiwa yang Allah ciptakan dapat dimaknai dan diambil pelajarannya secara berbeda dan beragam oleh orang yang berbeda, sesuai dengan permasalahan dan kebutuhannya masing-masing. Itulah yang disebut dengan hikmah.

Maka, apapun yang terjadi dalam kehidupan ini boleh dibilang itu semua adalah "Kurikulum Allah". Seluruh peristiwa hadir untuk pendidikan dan pelajaran bagi kita dan anak-anak kita, sebagai bekal untuk menjalani kehidupan, di dunia dan akhirat.

Apa yang Sebenarnya Anak-anak Butuhkan? 

Pada dasarnya, untuk menjalani kehidupan ini, untuk memiliki life skills dasar (Basic Life Competence), yang manusia butuhkan hanyalah Kurikulum Allah. Sedangkan Kurikulum rancangan manusia dibutuhkan untuk membangun kompetensi-kompetensi sekunder dan tingkat lanjut (Advanced Secondary Competence).

Lalu apa saja yang dibutuhkan anak-anak agar mereka terdidik dengan Kurikulum Allah :

Pertama, mencemplungkan anak-anak kita ke dalam realitas seutuhnya dengan penuh iman dan tawakkal pada Allah. Bahwa Allah adalah pendidik, pemelihara dan pelindung terbaik anak-anak kita.

Kedua, berbaik sangka pada Allah. Bahwa apa yang terjadi pada lingkungan dan kehidupan semuanya pasti memiliki hikmah, pendidikan, maslahat dan manfaat bagi pendidikan anak-anak kita.

Ketiga, membangun kepekaan ayah bunda dan anak terhadap terhadap segala peristiwa. Lalu bermujahadah penuh untuk mengambil pelajaran dan hikmah darinya.

Keempat, tidak "mengepung" anak dengan kurikulum-kurikulum akademik dan artifisial yang begitu padat, teknis dan rinci, sehingga anak-anak seakan terhalangi untuk belajar langsung dari Tuhannya. Kalau anak ingin belajar dari kurikulum Allah, maka OPTIMALKAN YANG ALAMI DAN MINIMALKAN YANG REKAYASA.

Mencoba Memahami Kurikulum Allah

sumber : pixabay.com

Kurikulum Allah adalah kurikulum alami dan bersifat mengalir. Kalau istilah orang Minang, Kurikulum Allah adalah "Alam terkembang menjadi guru". 

Jadi kalau anak kita ingin dididik dengan kurikulum Allah, kita tak memerlukan desain, sistem, mekanisme, prosedur, LKS, lesson plan dan sebagainya. Kurikulum Allah tidak terjebak pada hal-hal yang bersifat struktural dan prosedural.
Justru kata kunci dari Kurikulum Allah adalah : natural, mengalir, non-rekayasa.

Kekuatan utama dari Kurikulum Allah bukan terletak pada sistematikanya, tapi pada kepekaan kita dalam mengambil pelajaran darinya. Mari kita belajar dari proses turunnya AlQur'an. Bukankah "berantakan dan acak-acakan" serta sangat responsif terhadap peristiwa alias Asbabun nuzul ? Nah seperti itulah kira-kira gambaran kurikulum Allah. Justru kata kunci dalam menjalankan kurikulum Allah adalah kerelaan untuk mengalir dan mengikuti sunnatullah-sunnatullah dalam kehidupan ini.

Apakah berarti kurikulum Allah itu tanpa panduan ? Sesungguhnya kurikulum Allah itu selalu memiliki panduan, namun Allah yang mengerti rahasianya. Kita hanya mengikutinya saja.

Justru jangan membuat program yang terlalu terstruktur, detail dan tertib terhadap anak-anak kita, seakan-akan kita telah menghalangi anak-anak kita untuk berinteraksi dengan kurikulum Allah.

Misalnya saja, ada sebuah panitia Ramadhan yang telah membuat kurikulum ceramah tarawih dengan begitu apiknya. Mereka juga memiliki target yang jelas pada akhir Ramadhan. Itu merupakan suatu upaya yang perlu diapresiasi. 

Namun, ada yang perlu diingat jika pada malam keduabelas, misalnya, ada sebuah peristiwa tertentu, maka sesuaikan materi ceramah dengan peristiwa tersebut. Itu namanya mengakomodasi kurikulum Allah.

Adakah yang pernah menonton Film Forrest Gump? Film tersebut diawali dengan simbol bulu ayam yang terbang ditiupkan angin. Itulah kurikulum Allah : anak-anak kita adalah bulu ayam itu. Angin itu adalah kurikulum Allah. 

Berserah diri dan tawakal tentu bukan berarti tanpa sistem. Sebagaimana Alquran yang turun secara acak merespons asbabun nuzul, tapi tetap ada Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam dan para sahabat yang menata dan merapikannya kembali untuk kita. Maka kita para Ayahbunda adalah "Rasulullah" bagi anak-anak kita sendiri.

Berserah diri pada Allah baru akan terjadi jika kita yakin bahwa Allah lebih hebat daripada kita. Saat mengingat tagline Forrest Gump:  "Life was like a box of chocolates. You never know what you're gonna get." Itulah filosofi berserah diri. 

Lewat kurikulum Allah, anak kita akan berinteraksi dengan kehidupannya sehingga ia akan menemukan bakat-bakat sejatinya. Dalam kurikulum Allah akan ada Talent mapping yang luar biasa karena pada dasarnya salah satu prinsip agar anak kita menemukan bakat dan potensi dirinya adalah terus mencoba dan mencoba dalam kehidupan.


Pendidikan Seperti Apa yang Diperlukan?