6 Tips Agar Anak Merasa Nyaman Belajar di Rumah

Beberapa bulan lalu, saya mengikuti sebuah webinar di sekolah anak saya Nayra. Webinar itu memang diperuntukkan bagi para orang tua siswa kelas 2. Awalnya agak malas untuk ikut (wkwk), tapi saya pikir apa salahnya ikut bergabung kan? Toh memang ini adalah salah satu fasilitas yang diberikan sekolah kepada para orang tua. Temanya saat itu tentang bagaimana membuat anak belajar dengan nyaman di rumah. Pembicaranya adalah Ibu Ida S Widayanti.

Saya sih gak fokus melihat materinya secara keseluruhan dari awal karena memang saat itu sambil disambi aktivitas rumah tangga. Tapi ada beberapa poin penting yang bisa diambil dan perlu saya tulis disini sebagai salah satu ikhtiar saya dalam mengikat ilmu. Yah syukur-syukur jika tulisan ini bisa bermanfaat pula bagi orang lain. Berikut beberapa rangkuman yang saya buat. Check it out!


Pertama, hidupkan perasaan bahagia dalam proses mendidik anak-anak.


foto : kidengage.com


Pada dasarnya, perasaan bahagia bisa memberikan banyak keuntungan dalam proses mendidik. Pesan yang kita sampaikan ke anak, akan lebih cepat masuk ke dalam hati dan pikirannya jika suasana hatinya juga sedang baik. Jadi, percuma jika kita ingin memberikan saran atau nasihat kepada anak sementara saat itu sang anak dalam kondisi tidak nyaman, bete, kesal ataupun marah. Itu tak ada gunanya.

Kita harus ciptakan dulu suasana menyenangkan bagi anak, agar hati dan pikirannya siap menerima pesan yang kita sampaikan. Ingat, bahwa suasana hati yang baik akan menguatkan otak dalam menerima pesan.

Kedua, setiap berkomunikasi dengan anak, pastikan komunikasi tersebut memenuhi salah satu atau semua tujuan komunikasi. 



Berikut ini tujuan komunikasi yang hendaknya kita pertanyakan setiap akan berkomunikasi dengan anak. 

1. Apakah kita ingin menyampaikan informasi ke anak? (to inform)

2. Apakah kita ingin mendidik anak? (to educate)

3. Apakah kita ingin membujuk anak? (to persuade)

4. Apakah kita ingin menghibur anak? (to entertaint)

Jika komunikasi kita tidak  memenuhi tujuan itu, maka sebaiknya komunikasi tersebut tidak dilanjutkan dan dihentikan saat itu juga. Kemarahan, makian, omelan bukanlah komunikasi terbaik untuk mencapai tujuan komunikasi dengan anak, baik itu untuk mendidik ataupun memberi informasi (apalagi menghibur). Sekalipun mungkin kita berniat demikian tapi itu bukanlah langkah yang tepat.

exploringyourmind.com


Jadi, ketika kita mulai ingin marah-marah, ingat lagi tujuan komunikasi diatas. Percayalah, percuma kita marah-marah karena pesan yang kita sampaikan tidak akan memberikan motivasi positif kepada anak-anak. Justru anak-anak akan makin tak nyaman, sedih, tidak suka, atau bahkan ikut marah. 

Buang energi kita dari hal yang sia-sia, terutama marah-marah. Salah satu tipsnya bisa dengan melakukan teknis pernapasan perut yang diiringi dengan istighfar (letakkan telapak tangan kanan di perut dan tangan kiri di dada. Rasakan perut mengembang saat menarik napas dengan hidung dan perut mengempis saat mengeluarkan napas lewat mulut). Ucapkan istighfar dalam hati. 

Atau kalau dalam anjuran Nabi adalah dengan mengubah posisi dari berdiri ke duduk dan mengambil wudhu. Insya Allah, mudah-mudahan kita tak jadi marah setelahnya.

Ketiga, gunakan kacamata lebah dalam melihat perilaku anak. Jangan malah menggunakan kacamata lalat.


Apa maksudnya? Pada dasarnya, lalat dan lebah adalah dua makhluk Allah yang memiliki sifat yang sangat berbeda. Lalat lebih suka dengan bau-bau busuk, sementara lebah suka dengan sari bunga dan bau yang wangi.

Jika lalat ditempatkan di sebuah taman bunga, tetap saja yang dicarinya sampah. Sementara lebah, jika ditempatkan di tumpukan sampah, tetap saja yang dicarinya adalah sekuntum bunga.

Demikian juga para orang tua. Jika kita memilih untuk menggunakan kacamata lalat, maka kita hanya akan mencari keburukan dan kekurangan pada perilaku anak. Hanya itu saja fokusnya. Pokoknya yang kita ingat hanyalah kekurangan dan kesalahan anak saja. Seakan-akan anak tak punya kelebihan yang bisa kita bicarakan.

Berbeda dengan jika kita memilih kacamata lebah, maka kita fokus pada kelebihan anak. Bahwa anak juga punya sesuatu yang baik yang perlu kita dukung. Bahwa pada dasarnya anak juga memiliki hal-hal positif yang bisa kita syukuri.

Sebagai contoh, coba perhatikan gambar ini.


Foto : gettyimages.com

Coba lihat sejenak gambar itu dan kita coba pakai kacamata lalat. Apa yang kita pikirkan?

Dapur berantakan, peralatan yang kotor, bahan makanan yang terbuang, dsb. Yang kita lihat saat itu hanyalah hal negatif. Betul tidak? 

Tapi coba kita ganti kacamata kita dengan kacamata lebah. Apa yang kita lihat? 

Wah, kita melihat anak-anak sedang eksplorasi. 
Wah anak-anak sedang belajar hal baru. 
Wah anak-anak sedang mencoba belajar memasak dsb.
Masya Allah!

Itu yang luput dari para orang tua. Kebanyakan kita (termasuk saya pun) sepertinya masih lebih sering menggunakan kacamata lalat daripada lebah. Tanpa disadari kita kadang fokus hanya pada hal-hal negatif. Padahal kita lupa, bahwa anak-anak juga memiliki banyak hal-hal baik yang perlu kita apresiasi.

Keempat, pentingnya memahami suasana hati.


Suatu hari, terdengar seorang ibu sangat berisik ketika sedang mencuci piring. Klentang-klentong bunyi peralatan dapur terdengar saling beradu. Suaranya sangat mengganggu tak seperti biasa. Kira-kira kenapa sang ibu sangat berisik saat mencuci piring? Apakah ia tak tahu cara mencuci piring dengan baik dan benar? Ataukah karena saat itu suasana hatinya sedang buruk?

Setelah itu coba bayangkan kembali, dalam kondisi yang seperti itu tiba-tiba datang suaminya berkata,

"Kok berisik sekali nyuci piringnya? Memangnya kamu gak tahu cara mencuci piring? Kalau gak tahu sini aku ajarin!" ujar si suami dengan nada keras dan tinggi.

Kira-kira bagaimana perasaan kita kalau jadi si ibu itu? Apakah kita merasa lebih baik setelah mendengar perkataan suami kita atau suasana hati kita malah semakin memburuk?

Nah, demikian juga dengan anak-anak. Suatu perilaku yang kita lakukan, terkadang juga dipengaruhi suasana hati kita saat itu.

Misalkan suatu hari, anak kita pulang sekolah. Tiba-tiba ia datang sambil membanting atau melempar tasnya dengan wajah yang cemberut. Kira-kira bagaimana reaksi kita?

"Loh kak, kok tasnya dibanting gitu sih? Taruh tasnya yang bener."

Barangkali begitu kira-kira reaksi kita. 

Lalu bagaimana dengan anak kita? Apakah ia tiba-tiba tersenyum dan menjawab, "Baik Bu,"
Atau malah makin cemberut dan kesal?

Perilaku membanting tas memang bukanlah perilaku yang baik. Dan pastinya ketika ia membanting tas bukan berarti karena ia tidak tahu cara menaruh tas yang baik. Barangkali hal itu ia lakukan karena saat itu suasana hatinya sedang tidak baik. Barangkali saat itu ia mendapatkan masalah ketika di sekolah. Sementara ketika reaksi yang kita berikan ternyata dengan langsung menjudge anak, tentu itu hanya akan membuat perasaannya menjadi makin tidak baik. Duh udahlah gak usah berpikir jauh-jauh, kita sendiri saja dulu mungkin pernah bersikap begitu kan? Dan ketika kita dalam kondisi perasaan yang tidak menyenangkan, kira-kira apa yang kita butuhkan?

foto : desiakhbar.com


Perkataan berupa nasihat dan kalimat perintah bukanlah sesuatu yang ia butuhkan saat itu.
Maka dari itu, ketika kita dihadapkan pada hal tersebut, mungkin kita bisa bereaksi lebih baik ke anak dengan bertanya lembut,

"Ada apa kak? Kok gak kayak biasanya? Kakak mau cerita sama Ibu?"

Mungkin setelah itu perasaan anak akan menjadi lebih baik. Sekalipun mungkin ia tak akan langsung cerita saat itu, tapi setidaknya ia tahu bahwa kita akan selalu ada untuknya dan menerima perasaannya.

Kelima, biasakan untuk berbicara dengan suara rendah dengan anak. 


Suara yang rendah bisa membuat pesan semakin kuat untuk masuk ke dalam kepala dan hati anak. Jangan biasakan bicara dengan nada yang tinggi. Jika selama ini kita sering begitu ketika menghadapi perilaku anak, maka ubahlah pelan-pelan. Nada yang tinggi tidak akan membuat pesan dan nasihat kita tersampaikan dengan baik. Jadi sungguh itu hanya akan membuang energi kita.

Jangan lupa pula untuk melakukan kontak fisik kepada anak setiap hari. Berikan pelukan dan usapan kepada anak sebagai bentuk kasih sayang kita. 

Keenam, hidupkan surga di rumah.


Caranya gimana? Caranya ya kita lihat bagaimana gambaran surga yang dituliskan dalam Alquran.

“Wajah-wajah (orang-orang mukmin) pada hari itu berseri-seri...” (QS. Al-Qiyamah : 22-23)

“Mereka tidak mendengar di dalamnya perkataan yang sia-sia dan tidak pula perkataan yang menimbulkan dosa,” [Surat Al-Waqi’ah 25].

Nah, coba lakukan itu dirumah.
Berseri-serilah saat menatap anak atau anggota keluarga dirumah. Lebih seringlah tersenyum dibandingkan cemberut. Jadikan wajah kita sebagai wajah yang meneduhkan bagi anak-anak.
Ucapkan perkataan yang baik kepada anak. Kurangilah berkata yang sia-sia. Sering marah-marah termasuk perilaku yang sia-sia. Tak ada manfaatnya baik bagi kita sendiri apalagi bagi anak-anak. Jadi lebih baik hindarilah hal tersebut. Hidupkan surga dirumah, hingga kelak pada masanya, kita benar-benar bisa bersama anak-anak dan pasangan kita di surga Allah yang sesungguhnya. Aamiin Yaa Rabb... Bismillah..


(Ketika menuliskan postingan ini, maka seketika itu juga saya sedang menampar diri sendiri...)


*disclaimer:
Rangkuman ini saya tulis berdasarkan apa yang saya tangkap dan yang paling saya ingat. Beberapa diantaranya juga saya tambahkan dengan bahasa saya sendiri. Tidak semua poin materi saya sampaikan, karena saya sendiri tidak mengikuti webinar dari awal. Jadi jika ada tambahan atau koreksi dari rangkuman diatas, maka saya akan terima dengan senang hati. 💕







13 komentar untuk "6 Tips Agar Anak Merasa Nyaman Belajar di Rumah"

  1. Comment Author Avatar
    Keren ilmu parenting nya bagus banget untuk baca an sebelum jadi orang tua...semangat trus
    1. Comment Author Avatar
      thank youu... Makasih juga sudah mampir... :D
  2. Comment Author Avatar
  3. Comment Author Avatar
  4. Comment Author Avatar
    Wah..mantap bund. Sepakat sekali dgn upaya-upaya membuang "energi negatif" dari dalam rumah. Sepertinya itu dulu yang harus dilakukan yak...

    http://www.adityakeceng.com/
    1. Comment Author Avatar
      betul.. supaya yang tersisa adalah hal2 positif..
  5. Comment Author Avatar
  6. Comment Author Avatar
  7. Comment Author Avatar

Silahkan sampaikan pendapatmu. Mari kita berdiskusi :)