Belajar Parenting dari Si Tangan Gunting : Sebuah Review Film Edward Scissorhands
Salah satunya adalah film ini. Film ini berjudul Edward Scissorhands dan pertama kali dirilis tahun 1990 (walaupun saya tak terlalu ingat kapan film ini mulai diputar di televisi Indonesia). Ini bukan pertama kalinya saya menontonnya. Saya pernah menonton film ini sewaktu saya masih SD sebenarnya. Sayangnya waktu itu saya tidak bisa nonton sampai habis, karena besoknya harus sekolah dan kebetulan saat itu filmnya dipotong oleh siaran "Dunia dalam berita" di TVRI (hayoo, anak-anak 90an pasti tahu deh dengan siaran berita ini, hihi).
Saya masih ingat sekali waktu itu filmnya ditayangkan di layar emas RCTI, hari Kamis malam. Sebenarnya saya pun tidak begitu ingat saat itu ceritanya tentang apa, bahkan nama tokoh utamanya pun saya lupa. Yang jelas ada beberapa scene menarik yang tak bisa saya lupakan yaitu tentang seorang laki-laki dengan tangan gunting, sebuah taman-taman indah, dan adegan ketika laki-laki tersebut memecahkan tempat tidur yang berisi air (entah kenapa saya selalu teringat bagian tempat tidur ini, berkesan sekali buat saya karena saya baru pertama kali melihat tempat tidur berisi air.. haha).
Ketika saya sudah dewasa, saya pun mencari-cari film ini karena saya masih penasaran dengan ceritanya. Masalahnya saya gak tahu judulnya sehingga saya sempat kesulitan juga waktu itu mencari tahu tentang film ini.
Kedua, saya juga mengaitkan tokoh Edward pada kondisi anak berkebutuhan khusus. Edward adalah sosok yang dianggap "berbeda" dari orang lain padahal ia adalah sosok yang spesial. Dengan "keunikan" yang ia miliki, ia diberikan kepercayaan dan kesempatan oleh orang terdekatnya untuk menggali potensi dan minatnya sendiri. Jadi, sekalipun kondisinya berbeda dengan orang kebanyakan, ia tetap bisa berkembang dan menjadi orang bermanfaat bagi sekitarnya.
Ketika saya sudah dewasa, saya pun mencari-cari film ini karena saya masih penasaran dengan ceritanya. Masalahnya saya gak tahu judulnya sehingga saya sempat kesulitan juga waktu itu mencari tahu tentang film ini.
Saya mulai tahu judul film ini ketika ada liputan tentang Johny Depp. Disitu ditampakkan tentang tokoh-tokoh yang pernah dia mainkan dalam film, lalu terlihatlah sosok "Edward" ini. Omg! Ini dia filmnya! Saat itu saya benar-benar baru tahu kalau yang memerankannya adalah Johny Depp! Saat dia menjadi tokoh ini, dia menggunakan make up yang membuatnya berbeda dengan wajah aslinya.
Saya lalu mencari film ini di internet. Memang tak mudah ya menemukan film jadul. Sampai suatu ketika saya menemukan sebuah situs film streaming yang menyediakan film ini. Saya pun langsung nonton karena ini adalah film yang belum terselesaikan buat saya! Film yang waktu itu masih ingin saya tonton saat masih kecil! Film yang sangat berkesan karena ada tempat tidur airnya (haha...). Dan saya pun tak sabar ingin tahu lebih lanjut tentang cerita film ini.
Film Edward Scissorhands ternyata diproduseri oleh Tim Burton dan rekannya. Saya pernah menonton dua karya Tim Burton sebelumnya dan satu kata dari saya untuk karyanya. SURAM. Saya tidak bilang karyanya buruk, tetapi Tim burton sering menceritakan sisi gelap tentang suatu hal dengan sudut pandang jenaka. Jadi lebih tepatnya sih bukan hanya suram ya, tapi SURAM, MENARIK dan JENAKA. Menurut saya ketiga kata tersebut lumayan mencerminkan karya Burton, termasuk pada karyanya yang satu ini.
Jadiii... Film ini berkisah tentang seorang ilmuwan yang membuat penemuan yang belum sempurna. Ia menciptakan seorang laki-laki yang belum memiliki tangan seutuhnya. Ilmuwan itu memberi nama ciptaannya, Edward dan ia pun menyayangi Edward seperti keluarga. Sayangnya sebelum ilmuwan tersebut bermaksud mengganti tangan Edward, sang ilmuwan itu keburu meninggal dunia. Semenjak itulah, Edward pun memiliki tangan gunting untuk selamanya. Ia pun tinggal sebatang kara di sebuah kastil tua yang dianggap angker oleh penduduk sekitar.
Hingga pada suatu hari, Edward scissorhands bertemu seorang ibu-ibu penjual make-up bernama Peg Boggs. Si ibu ini agak nekad dan kalau dipikir pikir sedikit "gila" karena berani masuk kastil itu sendirian hanya karena ingin menjual make up. Namun, "kegilaan" ibu ini justru membuka kehidupan baru bagi Edward si tangan gunting. Ia berkenalan dengan Peg dan Peg pun (yang ternyata baik hati itu) mengajak Edward tinggal di rumahnya. Inilah awal mula cerita ini sesungguhnya.
Film Edward Scissorhands ternyata diproduseri oleh Tim Burton dan rekannya. Saya pernah menonton dua karya Tim Burton sebelumnya dan satu kata dari saya untuk karyanya. SURAM. Saya tidak bilang karyanya buruk, tetapi Tim burton sering menceritakan sisi gelap tentang suatu hal dengan sudut pandang jenaka. Jadi lebih tepatnya sih bukan hanya suram ya, tapi SURAM, MENARIK dan JENAKA. Menurut saya ketiga kata tersebut lumayan mencerminkan karya Burton, termasuk pada karyanya yang satu ini.
Berkisah tentang apa?
Gambar : duniasinema.com |
Jadiii... Film ini berkisah tentang seorang ilmuwan yang membuat penemuan yang belum sempurna. Ia menciptakan seorang laki-laki yang belum memiliki tangan seutuhnya. Ilmuwan itu memberi nama ciptaannya, Edward dan ia pun menyayangi Edward seperti keluarga. Sayangnya sebelum ilmuwan tersebut bermaksud mengganti tangan Edward, sang ilmuwan itu keburu meninggal dunia. Semenjak itulah, Edward pun memiliki tangan gunting untuk selamanya. Ia pun tinggal sebatang kara di sebuah kastil tua yang dianggap angker oleh penduduk sekitar.
Hingga pada suatu hari, Edward scissorhands bertemu seorang ibu-ibu penjual make-up bernama Peg Boggs. Si ibu ini agak nekad dan kalau dipikir pikir sedikit "gila" karena berani masuk kastil itu sendirian hanya karena ingin menjual make up. Namun, "kegilaan" ibu ini justru membuka kehidupan baru bagi Edward si tangan gunting. Ia berkenalan dengan Peg dan Peg pun (yang ternyata baik hati itu) mengajak Edward tinggal di rumahnya. Inilah awal mula cerita ini sesungguhnya.
Edward yang awalnya dianggap aneh dan ditakuti orang karena penampilan fisiknya yang sangat berbeda, pelan-pelan mulai berkenalan dan diterima oleh lingkungan barunya tersebut. Ia bahkan memiliki kemampuan mengagumkan yaitu bisa merapihkan dan membentuk rumput jadi bentuk lucu dan artistik. Ia juga dipercaya para ibu untuk menggunting rambut ataupun bulu hewan peliharaan dengan menakjubkan.
Banyak yang akhirnya menyukai Edward. Edward pun terlihat senang karena merasa bisa membantu banyak orang dengan keahliannya. Sekalipun tangannya tajam dan bisa memotong banyak hal, Edward tak pernah menyakiti atau melukai siapapun dengan tangannya tersebut.
Gambar: filmmisery.com |
Hingga kemudian konflik mulai terjadi. Edward Scissorhands dituduh mencuri hanya karena menuruti keinginan pacar Kim (Kim merupakan anak perempuan dari Ibu Pegg). Edward yang sebenarnya menaruh hati pada Kim terpaksa berbohong dan mengakui dia sebagai pencuri.
Konflik pun masih terus berlanjut hingga menyebabkan Edward semakin terpojok. Ia bahkan terpaksa melukai orang yang disayanginya dengan tak sengaja. Edward akhirnya dianggap monster dan dikucilkan warga sehingga Edward pun tak tahan dan ia terpaksa kembali ke kastilnya. Akhir cerita film ini sebenarnya tidak selesai sampai disitu dan saya pun tidak akan menceritakan lebih lanjut jadi kalau penasaran nonton aja sendiri.. hehe..
Insight Film
Ada beberapa hal penting yang ingin saya sampaikan terkait film ini dan mungkin juga penting untuk dipahami para orang tua. Pertama, lingkungan itu memang sangat mempengaruhi hidup dan karakter seseorang. Saya tak habis pikir bagaimana jika seandainya orang yang pertama kali menemukan Edward adalah orang jahat, bukan Ibu Peg Boggs yang notabene orang baik hati?Bagaimana seandainya Edward dibuat oleh ilmuwan psikopat, bukan ilmuwan baik yang menyayangi Edward? Saya rasa Edward akan tumbuh menjadi monster yang sangat mengerikan. Bayangkan, sekali sentuh saja orang-orang bisa terluka karena tangan guntingnya yang tajam.
Nah, di film ini Edward justru dipertemukan oleh orang-orang yang baik sehingga Edward yang polos pun menjadi sosok orang yang baik juga, sekalipun awalnya mungkin banyak orang merasa aneh dan takut saat pertama kali melihatnya. Begitu pula dengan anak-anak kita, betapa pentingnya anak-anak dikelilingi orang-orang baik yang dapat memberikan pengaruh positif. Pada dasarnya keluarga, teman dan orang-orang disekitar anak memang bisa memengaruhi karakter dan sikap anak. Jadi penting sekali bagi orang tua untuk bisa membimbing anak menemukan lingkungan dan pergaulan yang tepat.
Kedua, saya juga mengaitkan tokoh Edward pada kondisi anak berkebutuhan khusus. Edward adalah sosok yang dianggap "berbeda" dari orang lain padahal ia adalah sosok yang spesial. Dengan "keunikan" yang ia miliki, ia diberikan kepercayaan dan kesempatan oleh orang terdekatnya untuk menggali potensi dan minatnya sendiri. Jadi, sekalipun kondisinya berbeda dengan orang kebanyakan, ia tetap bisa berkembang dan menjadi orang bermanfaat bagi sekitarnya.
Seperti halnya dengan Edward si tangan gunting, ternyata ia memiliki bakat seni yang mengagumkan. Ia bisa membua karya yang indah dengan mengubah rumput dan pohon menjadi berbagai bentuk. Saya pikir mungkin itulah yang harus kita lakukan terhadap anak-anak , baik itu ABK atau bukan. Seharusnya mereka juga diberikan kesempatan dan peluang untuk menggali kemampuan dan minat mereka sehingga mereka juga bisa berkembang dan bisa mandiri.
Contohnya saja dalam kasus ABK, saya pernah membaca sebuah artikel tentang seorang perempuan down syndrome. Sekalipun dengan keterbatasan yang ia miliki ternyata ia tetap bisa sukses dengan menjalani profesinya sebagai seorang designer. Hasil karyanya pun juga sangat menakjubkan. Ketika melihat foto karyanya, saya pikir orang yang dianggap normal saja belum tentu bisa melakukan apa yang ia lakukan.
Intinya, setiap anak itu fitrahnya baik. Setiap anak manusia itu pasti punya kelebihan apapun kondisinya. Oleh sebab itu, keluarga dan lingkungan terdekat haruslah menjadi orang pertama yang percaya pada kemampuan mereka. Orang tua hendaklah menjadi supporter bagi anak-anak agar anak-anak kita bisa berkembang sesuai fitrah kebaikannya supaya kelak mereka bisa menjadi pribadi yang bermanfaat bagi orang lain *self reminder.
Intinya, setiap anak itu fitrahnya baik. Setiap anak manusia itu pasti punya kelebihan apapun kondisinya. Oleh sebab itu, keluarga dan lingkungan terdekat haruslah menjadi orang pertama yang percaya pada kemampuan mereka. Orang tua hendaklah menjadi supporter bagi anak-anak agar anak-anak kita bisa berkembang sesuai fitrah kebaikannya supaya kelak mereka bisa menjadi pribadi yang bermanfaat bagi orang lain *self reminder.
My Rating
Saya beri rating 7/10 untuk film Edward Scissorhands dengan segala insight yang saya dapatkan. Kalau di IMDb film ini juga mendapatkan rating cukup tinggi yaitu 7.9/10 . Bagi yang mau nonton, silahkan nonton. Oh iya, film ini menurut saya lebih baik ditonton untuk usia 20 tahun ke atas karena tetap ada adegan percintaan yang baiknya tidak diperlihatkan ke anak-anak dan remaja.
Sekian review film kali ini. Alhamdulillah rasa penasaran di masa kecil sudah tertunaikan, hihi...
Sekian review film kali ini. Alhamdulillah rasa penasaran di masa kecil sudah tertunaikan, hihi...
9 komentar untuk "Belajar Parenting dari Si Tangan Gunting : Sebuah Review Film Edward Scissorhands"
Silahkan sampaikan pendapatmu. Mari kita berdiskusi :)