Bagaimana Mempersiapkan Safety Procedure Agar Anak Terhindar dari Predator Seksual?





Saya akan mencoba memposting kembali sebuah resume kuliah whatsapp yang pernah saya ikuti sebelumnya. Sudah cukup lama sih materi ini,tapi saya pikir materi ini perlu saya tuliskan kembali karena menurut saya ini cukup penting.

Sumber gambar : https://themamabeareffect.org/

Materi ini disampaikan oleh Mbak Devi Sani Rezki, S.Psi, Psikolog, yang ia sarikan materinya dari sebuah buku yang berjudul, Raising Safe  Kids un an Unsafe World, karya Jan Wagner dan resume ini ditulis kembali oleh Ardyah Miranti. Sebelumnya saya juga pernah memposting sebuah artikel dengan tema yang berkaitan berjudul Pentingnya Peranan Keluarga dalam Menguatkan Fitrah Seksualitas Anak. Jadi jangan lupa baca juga artikelnya ya sebelum lanjut ke tulisan ini.

Oke lanjuut. Jadi ada sebuah fakta yang mengkhawatirkan orang tua bahwa satu dari lima anak ternyata punya pengalaman bertemu dengan child predator. Itulah kenapa penting sekali bagi para orang tua untuk mengajarkan pada anak agar mereka bisa tetap aman. Anak-anak harus diajarkan tentang Safety  Procedure. Kenapa hal itu perlu diajarkan?

Pertama, orang tua tidak selalu bisa berada di samping anak. Ini tentu harus kita pahami sebagai orang tua. Kita tidak akan terus-terusan menemani anak kemanapun mereka pergi. Apalagi jika anak-anak sudah mulai sekolah. Jadi, alangkah baiknya jika orang tua mau mengajarkan anak bagaimana cara menjaga diri mereka sendiri.

Kedua, anak perlu diajarkan untuk mampu membuat keputusan yang  tepat, terutama saat situasi darurat atau saat menghadapi situasi yang "membahayakan", sehingga anak mampu membuat  keputusan tepat jika mereka diberi pengetahuan yang tepat pula.

Ketiga, ingat dunia semakin berkembang. Terutama dunia teknologi dan dunia digital yang terus bertumbuh. Para penculik dan abuser anak pun juga semakin "canggih." Jadi orang tua dan anak harus lebih berhati-hati.


Tantangan dari Orang Tua

Ternyata tak semua orang tua paham akan urgensi Safety  Procedure pada anak. Terkadang orangtua tidak menganggap topik ini sebagai sesuatu yang penting untuk dibahas saat anak masih kecil. Kenapa? Karena beberapa orang tua masih beranggapan bahwa:

 1. "This is too much for me to think about it right now

Orang tua sudah kerepotan dengan hal lain sehingga orang tua menolak mengajarkan ini.


2. "Anak saya masih terlalu kecil" 

Orangtua merasa tak mungkin anak menjadi korban para predator seksual. Padahal  hal itu tidak  benar. Ketika child predator diwawancarai, justru anak kecillah yang menjadi sasaran utama mereka karena anak kecil dianggap lemah dan tidak melawan.

3. "Hal itu tidak akan terjadi di tempat saya" 

Pada dasarnya kita tak tahu dimana para predator melancarkan aksinya. Yang jelas ada yang  beraksi di kota besar dan ada pula yang di kota kecil. Mereka bisa ada dimana saja. Penculik yang  telah diwawancarai mengatakan, bahwa mereka melaksanakan aksinya di kota kecil karena orang orang di kota  kecil mudah percaya dengan orang baru. Tapi itu bukan berarti orang-orang di kota besar jadi merasa aman, karena banyak juga kasus yang menimpa anak-anak di kota besar. Ya kan?

Selain itu, rasa takut untuk membahas topik ini juga merupakan salah satu penyebab orang tua tak mau membicarakannya. Padahal rasa takut itu berasal dari ketidaktahuan, jadi penting sekali untuk para orang tua memiliki pengetahuan soal ini agar kita tahu apa yang mesti dikatakan pada anak.

 

8 Tanda yang Patut Diwaspadai Orang Tua di Rumah

foto: stayathomemum.com.au

  1. Waspadalah jika anda melihat ada orang dewasa yang menghabiskan waktu  bersama anak anda lebih dari anda sendiri. Orang tua harus memperhatikan, tidak hanya untuk orang yang  baru dikenal, tetapi juga orang terdekat kita.
  2. Jika anda melihat ada orang dewasa atau anak yang lebih tua mau  menghabiskan waktu yang sangat banyak dengan anak  anda (secara tidak wajar).
  3. Anak anda tiba-tiba memiliki mainan atau barang baru yang  tidak anda kenali.
  4. Anak anda bicara tentang suatu tempat atau  aktivitas secara detil sekali padahal anda belum  pernah memperkenalkan aktivitas atau tempat itu sebelumnya.
  5. Seseorang secara konstan menawarkan untuk  mengasuh anak anda dengan alasan agar anda punya me time (biasanya bersedia tidak dibayar).  Trik jitu child predator adalah menjadi baby sitter  secara gratis.
  6. Orang dewasa sering datang ke rumah dan bersedia  mengantarkan anak-anak dan menghabiskan waktu bersama. Seperti : tetangga, teman kantor.
  7. Sering terlibat dalam aktivitas berdua saja dengan anak.
  8. Sering menatap anak anda (secara berlebihan atau  tidak wajar).

Penting Untuk Dipahami!

Bahwa tanda-tanda diatas memang tidak selalu mencirikan child predator ya, tapi bisa jadi merupakan langkah awal untuk mengenali potensi masalah. Intinya tetap waspada tapi juga jangan pula terlalu berlebihan.


foto : babycenter.com


Nah, sekarang saatnya kita membahas tentang Safety Procedure ya. Prinsip yang perlu diingat saat mengajarkan Safety Procedure adalah:

  1. Selalu ulangi dan ulangi. Jangan bosan untuk selalu mengingatkan.
  2. Berikan informasi yang sesuai dengan usia anak.
  3. Sesuaikan prosedur dengan keunikan anak
  4. Buatlah rencana prosedur keamanan bersama (contoh : siapa yang menjemput anak jika orang yang biasa menjemput tidak bisa, kemana anak harus bertanya saat ia tiba-tiba terpisah di mall, dsb)
  5. Selalu ajarkan dengan contoh
  6. Praktekkan dengan membuat simulasi pada situasinya
Selain itu, berikut ini beberapa langkah dalam mempersiapkan safety procedure:

Langkah 1 : Ajarkan anak untuk mampu bilang Tidak.

Caranya:

  1. Ajarkan anak bahwa "it is better to be safe than polite". Anak boleh mengatakan TIDAK atau TIDAK MAU jika  ia merasa nyaman atau takut dalam melakukan suatu  hal yang disuruh oleh orang dewasa disekitarnya. 
  2. Bisa juga katakan "Tolong berhenti. aku ga suka, itu ga lucu." Contoh : saat lebaran ada keluarga yang mau peluk  anak erat, anak tidak nyaman, anak berhak untuk  bilang tidak mau.
  3. Latih anak untuk bisa berkata tidak dengan lantang!
  4. Katakan pada anak, Anda sebagai orang tua anak selalu membelanya, saat ia bilang tidak karena tidak nyaman atau takut, bukan malah memarahinya karena tidak sopan.


https://www.istockphoto.com/

Langkah 2 : Identifikasi siapa saja yang termasuk orang asing

  1. Ketika anak masih merasa tidak jelas dengan sosok orang asing sebenarnya, maka jelaskan secara detil kepada anak. Seperti apakah yang dimaksud orang asing? Apakah yang pakai topeng seram? pakai baju compang camping? dsb.
  2. Jelaskan  bahwa yang dimaksud orang asing adalah orang yang tidak kita kenal dekat, termasuk yang sering kita jumpai, seperti tetangga, satpam, penjaga toko, tukang sapu komplek, dll (kita sedang tidak membahas profesi ya)
  3. Jelaskan pada anak, bahwa orang lain penampilan luar bisa baik, tapi dalamnya kita tidak tahu pasti. Kenalkan konsep "ORANG YANG MENCURIGAKAN." Tapi minta anak untuk tidak bersikap berlebihan.
  4. Buat daftar detil dengan anak berisi nama mana orang yang asing (contoh nama teman kantor), mana yang aman.
  5. Usia 2 tahun belum bisa bedakan, jadi minta ia untuk tidak pernah berpisah dengan anda di ruang publik.
  6. Selalu jaga jarak dengan orang yang tak dikenal
  7. Perhatikan anak anda baik baik saat bicara dengan orang asing didepan anda, apakah ia tipe anak yang mudah terbuka?
  8. Persiapkan anak agar bisa memilih stranger yang tepat saat diperlukan.
  9. Saat hilang di tempat ramai, yang terbaik adalah meminta tolong pada ibu-ibu yang membawa anak karena mereka tergolong pada safe stranger!!

Langkah 3 : Hati-hati terhadap orang yang mencurigakan

1. Diskusikan pada anak tentang cara-cara apa yang dipakai child predator untuk 'memancing' anak supaya anak bisa berhati-hati.

Contoh :
- "Dek, tolong om punya anak anjing disana yang lagi terluka"
- "Dek, saya teman mama kamu disuruh jemput"
-"Dek, ikut om yuk. mama kamu lagi kecelakaan, om disuruh jemput."
- "ikut yuk,nanti dikasih eskrim"
- "Ketemuan yuk,nanti saya buat jadi artis."

2. Coba ajak anak melakukan permainan what-if. Contoh : misalnya "bang... abang pulang sekolah, ada yang deketin, terus bla bla bla. Lakukan simulasi.

3. Hati-hati dengan orang yang mengaku figur otoritas. Contoh : mengaku satpam, polisi, guru, dan lainnya kepada anak.  Intinya jangan langsung percaya.


Nah,itulah beberapa prosedur keamanan yang bisa kita jelaskan pada anak. Mudah-mudahan bermanfaat ya. Jika ada komentar, kritik dan saran atas postingan ini, langsung komentar aja ya. Thank you.


Posting Komentar untuk "Bagaimana Mempersiapkan Safety Procedure Agar Anak Terhindar dari Predator Seksual?"