Kenakalan Remaja dan Sebuah Pemakluman



pexels.com


Bicara tentang fenomena fase remaja yang kita baca di media massa, lumayan bikin pusing juga. Begitu banyak fenomena yang terjadi yang memunculkan pertanyaan tersendiri, "Ada apa gerangan dengan remaja kita saat ini?"

Dimulai dari pemberitaan remaja yang melakukan bullying, balap liar, ada yang melakukan pemerkosaan hingga melakukan perilaku pembunuhan. Semua fakta terasa begitu mengerikan. Sebagai seorang ibu dari empat anak perempuan, tentu fenomea ini membuat saya was-was. Meski anak-anak saya masih belum remaja, tapi fenomena kenakalan remaja ini tentu saja memunculkan kekhawatiran sendiri. Hmm.. dari tadi bicara tentang kenakalan remaja, kita bahas sedikit ya tentang apa sih yang dimaksud dengan kenakalan remaja?


Nah, menurut Arini Ahmad (dalam Lestari dkk, 2021) kenakalan remaja terdiri atas 4 jenis :
1. Kenakalan yang menyebabkan korban fisik. Misalnya menganiaya orang lain, memukul teman, dan perkelahian.

2. Kenakalan yang menimbulkan korban materi. Misalnya, pencurian, perusakan fasilitas umum, dan penipuan.

3. Kenakalan yang tidak berdampak pada diri orang lain, tetapi berdampak pada dirinya sendiri. Misalnya, menonton film pornografi, merokok, penyalahgunaaan obat-obatan, dan seks bebas.

4. Kenakalan pengingkaran status. Misalnya, mengingkari status anak dan pelajar sehingga menimbulkan konflik antar orang tua, guru, dan masyarakat sekitar.

Lalu, kok bisa sampai terjadi kenakalan-kenakalan tersebut? 
 
Dari hasil penelitian, ada beberapa hal yang menyebabkan munculnya kenakalan remaja. Biasanya terjadi akibat adanya permasalahan keluarga, lingkungan, dan masyarakat yang memberikan contoh negatif. Ditambah lagi sekarang begitu luasnya penggunaan internet yang barangkali bisa memberikan efek negatif jika anak belum mampu memilah-milih secara bijak apa yang mereka lihat dan yang patut diikuti. Pendapat lain juga membagi penyebabnya menjadi dua faktor, yaitu faktor internal dan eksternal :

1. Faktor internal
Berkaitan dengan fitrah manusia yang memiliki dua sisi, kebaikan dan keburukan. Ditambah lagi adanya perubahan biologis dan sosiologis yang terkadang menyebabkan krisis identitas. Jika seorang remaja memiliki pemahaman yang baik sebagai hamba Allah yang harus beribadah kepadaNya, maka remaja tersebut akan lebih mudah melewati fase tersebut. Itulah pentingnya memberikan pemahaman agama kepada anak dengan baik.

2. Faktor Eksternal
Bisa dipengaruhi oleh faktor keluarga, karena keluarga adalah tempat pertama pendidikan seorang anak. Lalu ada faktor kedua yaitu teman kelompok. Penting bagi orang tua untuk tahu dengan siapa anak berteman dekat. Ketiga, lingkungan sekolah, karena sekolah adalah tempat anak banyak menghabiskan waktunya. Jadi penting untuk tahu bagaimana kualitas belajar dan mengajar yang terdapat di sekolah tersebut. Keempat, terkait dengan faktor perkembangan dalam masyarakat. Hal ini terkait dengan teknologi, ekonomi dan model kehidupan.

Semua hal tersebut bisa menjadi faktor yang memengaruhi kenakalan remaja. Lalu, apa yang harus dilakukan untuk mencegah terjadinya kenakalan remaja? Tentu dengan mengetahui faktor penyebabnya, maka akan lebih mudah untuk menentukan langkah-langkah pencegahan. Barangkali ada banyak hal yang bisa dilakukan. Namun, yang ingin saya bahas disini adalah tentang sebuah pencegahan. Bagaimana peran nilai agama dan keluarga dalam mempersiapkan sosok anak-anak yang sholih sholihah sebelum mereka masuk ke fase baligh?

Fase Remaja atau Fase Aqil baligh?



Menurut pakar psikologi, masa remaja merupakan masa peralihan dari kanak-kanak ke masa dewasa. Mungkin ada banyak lagi definisi lain soal ini. Namun, jika ditinjau dari sisi agama, sebenarnya tak ada istilah remaja dalam islam. Yang ada hanyalah masa belum aqil baligh dan masa sudah aqil baligh. Ketika seseorang, entah dia laki-laki atau perempuan sudah menginjak masa aqil baligh, maka dia sudah dibebankan aturan syariat. Manusia yang sudah Aqil Baligh maka dia sudah diwajibkan sholat, puasa, menutup aurat dsb. Mereka juga sudah harus mempertanggungjawabkan perbuatan mereka masing-masing karena amalan mereka sudah dicatat oleh malaikat.

Lalu apa artinya itu semua? Artinya manusia yang sudah aqil baligh sudah dibebankan hukum syariat, sehingga ketika mereka sudah melakukan tindak kejahatan, mereka harus bertanggung jawab atas hal tersebut. Sayangnya, para orang tua, banyak sekali yang belum mempersiapkan anak-anak mereka untuk menghadapi usia Aqil baligh. Jadi, ketika anak-anak sudah aqil baligh, mereka belum paham akan tanggung jawab mereka. Mereka kadang masih dianggap anak-anak. Segala perilaku mereka bukannya dibimbing tapi seakan dimaklumi.

"Yah namanya juga masih remaja," 
"Yah namanya juga masih mencari jati diri,"

Padahal, pengenalan diri atau pencarian jati diri ini harusnya sudah selesai sebelum mereka masuk masa aqil baligh. Orang tua harusnya sudah bisa membimbing anak-anak mereka memahami tujuan hidupnya. Untuk apa ia hidup di dunia? Peran seperti apa yang ingin mereka ambil di masa depan? Anak-anak tersebut harusnya sudah paham pada hal-hal krusial. Bukan malah dijejali hal-hal duniawi yang remeh temeh dan membuat mereka lalai memahami tujuan mereka hidup di dunia ini.

Nah disini saya akan mencoba menuliskan beberapa tips dan ilmu yang pernah saya dapatkan dari sebuah webinar dengan pembicara Teh Kiki Barkiah. Disini beliau menjelaskan bahwa penting sekali bagi orang tua untuk mengajarkan anak agar bisa membedakan sesuatu, mana hal baik dan mana yang buruk. Mana yang aman dan mana yang bahaya. Ketika anak-anak sudah bisa dididik untuk membedakan sesuatu maka akan lebih mudah bagi kita untuk memberikan bimbingan terhadap nilai-nilai kehidupan yang sesuai dengan nilai agama.

Target Ideal Ketika Aqil Baligh


Menurut Kiki Barkiah, ada beberapa target ideal yang mesti dicapai oleh anak sebelum mereka aqil baligh. Dan hal ini membutuhkan dukungan orang tua untuk memberikan bimbingan pada anak-anak. Apa saja targetnya?

1. Anak telah rampung mengetahui garis besar hukum-hukum Allah, terutama yg hukumnya wajib.
2. Anak telah menundukkan hatinya untuk melaksanakan perintah dan menjauhi larangan Allah.
3. Anak telah mengetahui siapa dirinya, apa potensinya, tujuan hidupnya, serta peran seperti apa yang ingin ia emban dalam peradaban (meski nanti mungkin akan tetap ada penyesuaian-penyesuaian yang terjadi seiring perjalanan hidup yang anak hadapi. Tapi setidaknya dia sudah punya gambaran mau seperti apa ia kelak dia masa depan).

Lalu apa saja persiapan yang harus dilakukan dalam mempersiapkan aqil baligh?


Berikut ini adalah beberapa persiapan yang bisa dilakukan :

1. Tanamkan fondasi keimanan dan ketakwaan sejak dini

2. Hidupkan keteladanan Rasulullah Sallallahu'alaihi wassalam, para nabi, sahabat dan ceritakan pula biografi orang-orang sholih dalam keseharian supaya anak punya konsep diri yang baik sebagai seorang muslim.

3. Berusaha menjaga pandangan dan pendengaran mereka dari hal-hal yang bisa merusak pikiran dan membangkitkan syahwat.

4. Mendukung pendidikan yang mengantarkan anak pada pemahaman agama yang baik.

5. Menghembuskan berbagai visi, misi dan mimpi agar anak memiliki cita-cita besar dan menyibukkan diri pada hal-hal yang positif.

6. Menjadi tempat yang nyaman bagi anak untuk bercerita dan berbagi kisah.

7. Memperkaya pengalaman masa kecil dengan hal-hal positif dan bermanfaat.

8. Membantu anak mengenali potensi diri mereka dan memberi mereka kesempatan untuk mengembangkannya.

Beberapa persiapan tersebut tentu tidak mudah. Saya sendiri pun juga belum tahu bagaimana memulai implementasinya. Oleh karena itu, sebagai orang tua, penting untuk belajar terlebih dahulu terkait persiapan yang perlu dilakukan anak sebelum melangkah menuju fase aqil baligh.

Lalu bagaimana yang sudah terlanjur lalai dalam mempersiapkan semuanya? Insya Allah semua belum terlambat. Upayakan untuk membangun bonding atau kedekatan dengan anak terlebih dahulu. Sambil terus didoakan dan secara bertahap memberikan pemahaman terhadap nilai-nilai agama serta mengarahkan anak pada aktivitas dan kesibukan yang positif. Intinya orang tua dan anak-anak sama-sama belajar. Selain itu, sesuaikan pula aktivitas dengan kondisi dan minat anak. Jangan lalai untuk mengingatkan mereka pada kewajiban sebagai muslim dan hal-hal yang berkaitan dengan syariat agama.

Akhir kata, PR mendidik generasi memang tidak mudah. Itulah kenapa menjadi orang tua selalu menuntut kita untuk selalu menjadi pembelajar seumur hidup karena menjadi orang tua memang membutuhkan ilmu. Semoga kita semua dimudahkan dalam mendidik anak-anak agar kelak mereka menjadi anak-anak yang sholih-sholihah. Aamiin Yaa Rabb.


Sumber Rujukan :

Lestari, dkk. Model Rujukan Kenakalan Remaja dengan Pendidikan Agama Islam. Indramayu. Penerbit : Adab. 2021.

Dokumen File pdf dengan pembicara Teh Kiki barkiah dalam Webinar Aqil Baligh bersama Shalihah Motherhood tahun 2022.

Posting Komentar untuk "Kenakalan Remaja dan Sebuah Pemakluman"