Anak GTM, Harus Bagaimana?

pexels.com


Beberapa hari ini kepalaku lagi puyeng memikirkan bayi usia 8 bulan yang lagi GTM (GTM adalah gerakan tutup mulut, yang mengindikasikan kondisi anak yang susah makan). Duh, periode Mpasi ini memang selalu menantang untuk diriku sendiri. Sekalipun ini anak keempat, tetaapp saja masih sulit untuk bersabar. Kalau anak sudah mulai sembur-sembur, memalingkan muka tiap mau disuapin, melepeh makanan dan memperlihatkan berbagai reaksi lain yang bermunculan. Duh, rasanya sudah pengen teriak saja.

Akhirnya coba scrolling-scrolling media sosial terutama akun parenting. Kembali mencari cara supaya bisa menghadapi masa-masa GTM ini dengan lebih tenang. Eh, ternyata aku menemukan beberapa komentar ibu-ibu yang sungguh manusiawi dan membantu diri. Ya sudah, daripada hanya disimpan untuk diri sendiri, lebih baik aku share disini saja. Siapa tahu ada yang butuh, kan? Hehe.. Berikut beberapa rangkuman tips menghadapi masa GTM bagi para ibu yang mulai naik spaning hehe.

1. Kenali Trigger Penyebab Emosi Negatif


Kenapa ibu marah ketika anak gak mau makan? Takut ditolak? Gak suka liat makanan kebuang? Khawatir sama BB bayi? Pasti ada banyak alasan yang membuat kita khawatir anak tak mau makan. Namun, sebelum menyuapi makan, sebaiknya kita setting dulu diri kita ke dalam mode netral. Maksudnya jangan berekspektasi terlalu tinggi pada apa yang akan terjadi. Kita lakukan semampu kita. Tarik napas. Baca doa sungguh-sungguh agar dimampukan dan dimudahkan.  Usahakan anak juga dalam mood yang baik. Jadi apapun yang terjadi selanjutnya maka kita ikhlasin saja.

Jangan lupa, sebelum memulai "pertarungan", ibu juga harus cukup amunisi. Ibu harus makan dulu. Sebaiknya juga malamnya sudah istirahat cukup. Pada saat jam makan, gak usah mikirin kerjaan rumah atau hal-hal lain yang ingin dikejar. Usahakan mood dalam kondisi baik dan hilangkan dulu trigger-triggernya. 

2. Fleksibel

Mungkin gak semua akan setuju dengan tips ini. Apalagi kalau anda adalah Nikita Willy hehe. Tapi saat baca komentar ini, saya merasa ini sungguh manusiawi. Jadi, seorang ibu berkonsultasi dengan seorang dokter anak, lalu dokternya menyebutkan untuk gak perlu terlalu saklek pada feeding rule.

Kalau anak maunya makan sambil digendong, ya sudah karena memang ga semua teori bisa dipraktikkan pada semua kondisi. Apalagi jika kamu adalah ibu yang mengurus segala sesuatunya sendiri dan belum tentu punya supporting system yang baik. 

Jadi, daripada ibu malah makin gak waras karena urusan makan, ya sudah sesuaikan saja dengan kondisi sendiri.
Kalau anak belum mau makan sayur, ya sudah. Mungkin bisa diakali jadi smoothies. Kalau anak gak suka yang berkuah ya sudah, mungkin bisa disajikan ikan goreng. Intinya, terkadang memang ada kondisi ketika kita gak bisa mewujudkan kondisi yang ideal seperti yang diharapkan. Maka dari itu penting sekali untuk tetap menyesuaikan dengan keadaan.

Seperti sang ibu tersebut. Akhirnya ia mengatakan bahwa akan ada masanya anak akan makan dengan duduk dan bahkan tak mau disuapi lagi. Jadi tetap bersabar saja dalam menjalani prosesnya. 

3. Jangan Lupa Evaluasi

Selama ini bagaimana pola makannya? Apakah sudah sering dikasih snack manis? Apakah anak terlalu sering disusui sehingga anak sudah kenyang sebelum makan? Apakah anak sedang tumbuh gigi atau mungkin memang sedang ingin naik tekstur? 

Perhatikan juga pupnya. Apakah pup anak lancar? Jangan-jangan perut anak kembung krn pencernaannya terganggu? Cek juga apakah anak tidak dalam kondisi mengantuk saat makan? Kalau sedang mengantuk sudah pasti anak akan rewel dan tidak maksimal saat makan.

Belum lagi ketika bicara variasi makanan dan sebagainya. Jadi coba cek dan observasi dulu. Jangan-jangan memang ada penyebab tertentu sehingga anak malas makan. Kalau dirasa masih bingung dan buruh bantuan, bisa juga konsul ke dokter anak atau bagian gizi supaya lebih yakin ya. 

4. Latih Sensori Anak

Ternyata kalau kemampuan Sensori anak kurang bagus bisa memengaruhi kemampuan makan lho. Akupun sebenarnya baru tahu juga.

Jadi coba ajak anak bermain di rumput secara rutin. Ajak anak berjalan di rumput tanpa alas kaki. Kalau dari pengalaman seorang ibu, anaknya tiap sore diajak bermain di atas rumput selama seminggu. Dan setelah itu anaknya menunjukkan perubahan. Ia mulai mau makan dan mau mencoba berbagai tekstur.

5. Cek Histori Makan Kakaknya. Bisa Jadi Ada Riwayat Pencernaan Sensitif atau Gangguan Lain


Untuk tahu apakah anak memiliki masalah di pencernaan sebaiknya konsultasikan ke dokter ya. Anak pertamaku soalnya mengalami ini. Badannya mungil dan susah sekali makan. Sudah cek darah dsb tidak menemukan keanehan. Ternyata setelah berpindah ke berbagai dokter, anakku didiagnosis memiliki pencernaan yang sensitif. 

Anak yang pencernaannya sensitif sebenarnya memiliki ciri-cirinya sendiri. Pertama, tidur suka gelisah. Kalau makan lebih suka minum air putih atau nen. Saat tidur kadang ngorok. Lebih suka berdiri daripada duduk. Seringkali sembelit. Gampang mual. Kemampuan bicaranya sangat baik dan biasanya anaknya cerdas. Anakku dulu saat umur dua tahun sudah bisa alfatihah dan baca surat pendek. Padahal dia hanya mendengar pas aku sholat. Padahal gak secara khusus diajarin. 

Pokoknya itu adalah beberapa cirinya di anak pertamaku. Sebenarnya ada beberapa ciri lain ya tapi mungkin gak boleh disimpulkan sendiri. Harus konsul ke dokter spesialisnya. 

Nah, setelah tahu anakku punya pencernaan sensitif, maka gak semua makanan bisa dia makan. Kalau aku dulu, anak diminta menghindari coklat dan tepung-tepungan terutama roti. Pokoknya memang hanya makanan tertentu saja yang bisa dikonsumsi. Alhamdulillah setelah diet bahan makanan tertentu, memang kondisi anak membaik. 

Aku sendiri sebenarnya belum tahu apakah anak bungsuku ini sama dengan kakaknya (mudah-mudahan sih nggak). Tapi mau gak mau aku harus mulai hati-hati memberikan bahan makanan tertentu ke dia. 


Nah, itulah beberapa hal yang mungkin bisa jadi catatan bagi orang tua. Aku sebagai orang tua juga sambil belajar sih ini. Semoga bermanfaat ya. Doakan anakku biar makannya lahap.. hehe. Aamiin. 

Posting Komentar untuk "Anak GTM, Harus Bagaimana? "