Indonesia Negara Fatherless? Apa yang Ayah Harus Lakukan?

Gambar : pixabay.com 

Beberapa waktu lalu aku membaca sebuah berita bahwa Indonesia menempati urutan ketiga sebagai negara fatherless country di dunia. Apa itu fatherless country? Yaitu negara yang para ayahnya tidak terlibat dalam kehidupan anak baik secara psikologis ataupun secara fisik. 

Tentu ini fakta menyedihkan mengingat pertumbuhan jumlah penduduk di Indonesia yang cukup besar. Apa jadinya jika anak-anak yang lahir itu tidak mendapatkan sosok ayah dalam kehidupannya? 

Aku jadi teringat sebuah kajian dari Ustadz Bachtiar Natsir. Saat itu beliau memberikan ceramah tentang pentingnya peran ayah dalam pendidikan anak. 

Beliau menyebutkan bahwa ada tiga contoh ayah idaman dalam Alquran yaitu :
1. Nabi Adam as
2. Nabi Nuh as
3. Keluarga Ibrahim dan keluarga imran

Yang menarik adalah, dalam Alquran Nabi Adam dan Nabi Nuh tidak diikuti dengan kata keluarga, melainkan hanya disebutkan sebagai sosok personal mereka saja. Berbeda dengan keluarga Ibrahim dan keluarga imran. 

Adam merupakan nabi pertama. Di zamannya sudah ada maksiat tapi belum ada kemusyrikan sedangkan Nuh adalah rasul pertama , dan di zamannya sudah terjadi kemusrikan. 

Nabi Adam, memiliki istri yang sholihah tapi anaknya ada yang tidak sholih. Sementara Nabi Nuh, istrinya tidak sholihah dan demikian pula dengan anaknya sehingga anak dan istri nabi Nuh termasuk kaum yang ditenggelamkan.

Tapi ada satu hal yang perlu kita pelajari dari sosok kedua makhluk pilihan Allah itu. Mereka tidak pernah menyerah untuk menasihati dan mengajak keluarganya ke jalan Allah, meski pada akhirnya mereka tetap membangkang.

Lalu bagaimana dengan keluarga Ibrahim dan imran? Nabi Ibrahim merupakan bapak tauhid dan dikaruniai keturunan yang sholih sholihah, termasuk diantaranya Nabi Muhammad sallahu 'alaihi wa sallam. Pun demikian dengan keluarga Imran. Isterinya sholihah dan anak keturunannya adalah orang orang yang suci.

Saat ini, tingkat perceraian di Indonesia sudah mencapai 14-15%. Ini berarti dari 100 orang yang menikah, rata-rata 15 pasangan memutuskan untuk bercerai. Uniknya, perceraian terjadi karena istri sendiri yg ingin lepas dari suami karena suami tidak bisa menjadi suami atau ayah yang baik bagi keluarganya. 

Hal menarik lainnya adalah penyebab perceraian tertinggi karena faktor ekonomi. Bukan karena miskin, tapi justru karena masing-masing sama-sama bekerja. Fakta lain pula adalah penyebab narkoba dan geng motor, ternyata penyebabnya karena anak-anak yang bermasalah di rumahnya.

Bayangkan, betapa pentingnya keluarga bagi kehidupan anak-anak kita. Lalu apa yang dimaksud dengan suami yang sukses? Suami yang sukses adalah suami yang dapat mendidik anak-anaknya hingga anaknya dapat menjadi jembatan menuju surga.

Masih ingatkah kisah Nabi Yakub as? Pada saat menjelang kematiannya, Nabi Yakub berkata kepada anak-anaknya. "Siapa yang kalian sembah selepas kematian ayah?" Anaknya lalu menjawab, 

"Kami akan menyembah Tuhan ayah. Kami tidak akan menyekutukan Allah. Kami akan berserah diri pada aturan-aturan agama Allah," begitulah ketika seorang ayah mampu membimbing dan mendidik anak-anaknya. 

Banyak ayah yang dapat mendisiplinkan anaknya sekolah, tapi tidak disiplin mendidik anak-anak laki-lakinya sholat jamaah di MASJID. Maka  gagallah ia sebagai seorang ayah.

Coba kita lihat anak-anak Yakub, mereka berkata saat itu kepada ayahnya,

"Kami akan menyembah Tuhan ayah". Kenapa "Tuhan ayah" yang mereka sebut? Karena ayahnyalah yang pertama kali telah mengenalkan Tuhan kepada mereka.

Coba kita lihat jaman sekarang. Kenapa banyak muncul geng motor, tawuran dan kriminalitas yang dilakukan remaja? Karena ayah mereka telah gagal memberikan pengertian yang benar tentang keberanian, tentang bagaimana menjadi anak-anak kuat yang seharusnya. Ayah gagal dalam memberikan arahan bagaimana cara yang tepat untuk menguji nyali.

Maka wahai ayah, jadilah pahlawan pertama bagi anak laki-lakimu. Jadilah cinta pertama bagi anak perempuanmu. 

Jangan sampai malah anak kita merasa malu dan tak bangga karena telah menjadi anak keturunan kita. Bayangkanlah keluarga Ibrahim dan keluarga imran. Mereka bangga karena telah menjadi anak keturunan ayahnya.

Tiap anak mungkin memiliki kebutuhan yang berbeda. Anak perempuan misalnya, perlu didikan dan kasih sayang dari ayahnya. Barang siapa yang mendidik dan memelihara anak perempuannya dengan baik, maka anak tersebut bisa menjadi cermin surga bagi ayahnya.

Demikian pula anak laki-laki. Bagaimana bisa anak laki-laki bisa bersikap banci atau mungkin pengecut? Karena ayahnya tidak hadir mengajarkan arti keberanian yang benar kepada anaknya.

Lalu bagaimana terhadap istri? Seorang ayah sekaligus suami harus bisa menjadi pelindung dan imam bagi istrinya karena isterimu bagaikan cermin. 

Objek yang terlihat di dalam cermin akan bergantung pada apa yang ada didepannya. Isterimu adalah cerminan dari dirimu sendiri wahai suami. Oleh karena itu, isteri butuh keteladanan dan contoh yang baik dari suaminya. Jangan malah bersikap pengecut dengan menggunakan kekuatan laki-laki untuk menzalimi istri.

Demikianlah. Semoga para ayah menyadari bahwa peran mereka bukan sekedar mencari nafkah tapi juga menyediakan jiwa dan raganya untuk keluarga. Penting sekali kita belajar dari para Nabi dan orang-orang terdahulu terutama dalam kesholihan dan kesabaran mendidik anak. Mudah-mudahan anak-anak dan keluarga kita bisa menjadi baiti jannati dan menjadi permata hati di dunia dan akhirat kelak. 

Posting Komentar untuk "Indonesia Negara Fatherless? Apa yang Ayah Harus Lakukan? "