Kesalahan Orang tua dalam Menyikapi Perilaku Remaja



Sumber foto : www.pexels.com


Setelah sebelumnya aku sempat menulis artikel tentang kenakalan remaja (bisa baca disini ya gaes). Kali ini tulisanku masih berkaitan dengan remaja. Sejujurnya aku sendiri belum punya pengalaman dengan fase menghadapi anak remaja atau fase aqil baligh ya (seriously aku lebih suka menggunakan istilah aqil baligh sih, tapi supaya lebih general maka pake istilah remaja dulu kali yaa).

Nah, tulisanku kali ini sebenarnya terinspirasi dari materi yang pernah kudapatkan dari sebuah grup parenting. Materinya sudah cukup lama sih tapi menurutku materinya cukup penting dan masih relate  dengan tulisanku sebelumnya.

Nah, ada beberapa hal yang menjadi poin penting yang coba kurangkum dan ingin kubagikan, terutama terkait kesalahan orang tua dalam menyikapi anak remaja. Semoga bermanfaat ya.

1. Memaklumi "Tingkah" Remaja sebagai sesuatu yang Normal tanpa mau Introspeksi


"Yah, namanya juga anak jaman sekarang.."

“Ya maklumi aja. Jaman mereka kan beda sama jaman kita dulu,"

Mungkin kalimat-kalimat tersebut sering diucapkan oleh orang tua "jaman now" yang sebenarnya justru secara tak sadar menyiratkan keputusasaan dalam menghadapi perilaku "nakal" anak remajanya. Kok bisa gitu?

Aku sendiri juga gak bilang kalau kalimat diatas salah loh ya. Pada dasarnya memang jaman sekarang berbeda dengan jaman dulu. Itu sesuatu yang tak bisa dipungkiri. Pola asuh orang tua pun mungkin akan berbeda karena harus menyesuaikan dengan perkembangan zaman. Namun ada tiga hal yang perlu dikoreksi dari kalimat tersebut :
 

1) Terlalu mengeneralisir


Bahwa, "Ya wajar kalau anak jaman sekarang itu nakal." Padahal kan itu sebuah pemikiran yang salah. Ada juga kok anak remaja yang baik. Ada juga kok anak remaja yang bisa mengisi hari-harinya dengan cara yang positif.

Ungkapan seperti diatas seakan memberikan pemakluman bahwa wajar kalau anak remaja itu nakal. Padahal justru harusnya orang tua introspeksi,
"Kenapa anaknya sampai begitu?",
"Apa yang salah dalam proses mendidik selama ini?"


Bukan malah mengeluarkan kalimat yang seakan membenarkan sebuah kesalahan. Tentu yang namanya manusia pasti pernah melakukan kesalahan, namun sebagai orang tua hendaknya membantu anak untuk memperbaiki kesalahan dan membimbing mereka untuk tahu mana yang baik bukan malah membiarkan.

2) Adu Nasib


"Ah gak apa-apa. Dia kan nakalnya baru segitu. Saya aja dulu malah lebih parah dari itu loh,"


Seyogyanya, tentu orang tua berharap anaknya lebih baik dari dia. Tapi ya gak sampai adu nasib untuk membandingkan  yang lebih buruk juga kali yah? Kesalahan orang tua tentu bisa jadi pelajaran supaya anak tidak melakukan kesalahan yg sama atau lebih buruk. Dan sebagai orang tua memang baiknya tidak sampai membandingkan dengan diri sendiri (ini juga berlaku pada prestasi-prestasi juga sih) supaya anak tidak mencari pembenaran atas masa lalu orang tuanya sendiri.
 

3) Sama Saja Dengan Mendoakan Dong?


Hati-hati, ungkapan diatas bisa saja jadi doa untuk anak kita. Iya kan? Dengan mewajarkan perilaku nakal, maka bisa jadi kita mengaminkan anak-anak untuk menjadi sosok yang sulit diatur. Gak mau kan kalau sampai "doa" itu ternyata dikabulkan?


2. Menyalahkan Teknologi tanpa Mau Evaluasi


Kadang ada orang tua yang sibuk mengkambinghitamkan TV ataupun gadget sebagai penyebab kenakalan anak mereka. Padahal kalau dipikir-pikir lagi, siapa yang sudah menyediakan TV di rumah? Siapa yang memfasilitasi anak memegang gadget padahal belum waktunya?

Pada akhirnya memang kita sebagai orang tua punya keterbatasan. Kita tak bisa mengawasi anak 24 jam. Oleh karena itu kedekatan anak dengan orang tua adalah kuncinya. Ingat, teknologi pun juga bisa memberikan banyak manfaat jika bisa dikelola dengan baik.

Sering-seringlah berdiskusi dengan anak sehingga anak tidak segan untuk bercerita terkait isi hati dan pikiran mereka. Orang tua pun bisa memberikan arahan terkait "do and don't" ketika sedang menggunakan alat-alat teknologi.

Jika kita sudah dekat dengan anak dan sudah membuat persetujuan terkait apa yang boleh dan tidak boleh, selebihnya berdoalah dan serahkan perlindungan anak-anak kita kepada Allah. Semoga Allah melindungi anak-anak dari hal-hal yang buruk.

Kesimpulan?


Pada intinya kita harus percaya bahwa setiap anak yang terlahir kedunia ini terlahir dalam keadaan fitrah. Anak-anak memiliki kecenderungan pada sesuatu yang baik. Sekarang tinggal bagaimana orang tuanya membimbing anak-anak sesuai potensi kebaikan yang sudah mereka miliki.

Jagalah kedekatan dan berikan keteladanan tentang segala sesuatu, terutama pemanfaatan teknologi yang benar. Jika anak ternyata jauh dari harapan, maka segeralah evaluasi kualitas kedekatan dan carilah solusi terbaik.

Jangan membandingkan orang tua jaman dulu dengan orang tua jaman sekarang. Tentu saja pola pengasuhan akan berbeda.

"Ah, orang tua dulu gak ikut seminar parenting tapi anak-anaknya ga ada masalah kok,"

"Ah, orang tua dulu pake cara keras, ternyata anaknya bisa disiplin kok,"


Perbandingan-perbandingan semacam ini malah justru membuat kita berpikiran sempit.
Bukan berarti kita tak perlu belajar dari pengalaman orang tua dahulu. Tentu tetap ada saja hal yang bisa kita ambil. Namun jangan pula kita menutup diri kita untuk belajar dari pengalaman baru, entah lewat buku, seminar, workshop atau diskusi dengan sesama orang tua jaman sekarang.

Pengalaman dan ilmu yang didapatkan tentu bisa jadi sarana perbaikan dalam pola pengasuhan. Dengan melihat dari berbagai sudut pandang akan membuat kita menjadi lebih bijak dalam menjalani peran kita sebagai orang tua.

Ingat, jangan membatasi diri dengan masa lalu. Tetap terbuka (dengan tetap memfilter) ilmu-ilmu yang ada supaya kita bisa menimbang dari berbagai sudut kehidupan.

So, apa yang harus digarisbawahi para orang tua?

1. Semangat untuk terus belajar
2. Jangan menyerah untuk memperbaiki kesalahan dan kekurangan sebagai orang tua.
3. Menjaga kedekatan dengan Allah.

Ingatlah tujuan kita sebagai orang tua bukanlah semata pada dunia. Tapi juga bagaimana bisa menjadikan anak-anak kita menjadi anak yang sholih-sholihah yang menjadikan Alquran dan Sunnah sebagai pedoman kehidupan. Semoga kita sebagai orang tua dimampukan Allah untuk itu ya. Aamiin. Self reminder juga sih ini huhu.



Sumber Rujukan :
Materi Diskusi Grup WhatsApp Komunitas OBK 6 (Orangtua Berkemampuan Khusus) tanggal 26 Juli 2016.


24 komentar untuk "Kesalahan Orang tua dalam Menyikapi Perilaku Remaja"

  1. Comment Author Avatar
    Anak-anakku sudah beranjak dewasa, memang ga mudah jadi orang tua zaman sekarang. Yang paling banyak dilupakan sebenarnya role model sih. Gen Y dan Gen Z kayak kehilangan role model yang bisa mereka ikuti. Sementara orang-orang terdekatnya malah kadang hanya bisa menyalahkan tapi ga bisa kasih contoh, akhirnya mereka menciptakan idealismenya mereka sendiri.
    1. Comment Author Avatar
      Betul mbak. Aku menuliskan ini pun rada-rada deg deg serr juga. Smg Allah melindungi anak-anak kita.
  2. Comment Author Avatar
    Pembahasan tentang parenting memang sangat menarik. Terima kasih Kak telah menulis ini, saya jadi mendapat insight yang bagus. 🫶
    1. Comment Author Avatar
      Sama-sama. Semoga bermanfaat yaa.
  3. Comment Author Avatar
    Pembahasan yang sangat menarik. Ditunggu tulisan selanjutnya ❤️❤️
  4. Comment Author Avatar
    Mewajari sesuatu yang buruk terkadang jadi kebiasaan yang tidak disadari orang tua. Semoga selalu dikuatkan untuk menjadi orang tua yang baik bagi anak di masa depannya kelak.
  5. Comment Author Avatar
    Gak suka banget sama "statment namanya juga anak". Anak juga perlu arahan dan didikan dari orang tua ya mbak. Apalagi ini anak remaja sudah seharusnya belajar berpikir dewasa ya, huhu. Begitu pentingnya peran orang tua.
    1. Comment Author Avatar
      Bener banget.. Anak remaja jadi ngerasa perilaku akalnya itu emang sesuatu yg wajar jdinya.
    2. Comment Author Avatar
      Perilaku *nakal maksudnya hehe
  6. Comment Author Avatar
    Suka sekali dengan materinya. Sejujurnya saya paling gak suka kalau orang tua gak mau belajar dan evaluasi diri dalam mendidik anak. Menurut saya, itu fatal sekali karena orang tua seperti ini biasanya akan sibuk menyalahkan anak setiap anak melakukan kesalahan. Akibatnya justru membuat anak semakin brutal. Penulisannya sudah bagus. Kereen :)
    1. Comment Author Avatar
      Betul.. Menjadi org tua memang berat.. Tp kalau anak-anak ga dibimbing sejak dr sekarang, maka akan makin berat saja nanti akibatnya.
  7. Comment Author Avatar
    makanya judulnya ilmu PARENTHING ya, karena sejatinya orang tua yang harus terus belajar
    1. Comment Author Avatar
      Betul. Belajar seumur hidup.
  8. Comment Author Avatar
    Pembahasan materinya bagus sekali.. sederhana dan gak bertele-tele. Mudah dimengerti juga.. Di tunggu tulisan seputar parenting lainnya kak..
    1. Comment Author Avatar
      Alhamdulillah. Terima kasih ya
  9. Comment Author Avatar
    Aku setuju banget sama poin "mengeneralisir." Aku sering banget ada orang-orang yang berkomentar demikian ketika melihat ada anak-anak bandel.Sebagai pendengar, aku resah, loh. Jadi nggak kebayang sama anak-anak yang kudu menghadapi hal demikian setiap saat oleh orang tuanya sendiri, apalagi usia remaja kan rawan sekali.
    1. Comment Author Avatar
      Benar.. Malah jadi menormalisasi kenakalan anak.
  10. Comment Author Avatar
    Setuju sekali, Kak. Kenakalan remaja itu bukan sesuatu yang normal, malah merupakan masalah. Kalau menemui masalah, satu-satunya jalan ya mencari solusi. Bukan membiarkannya, mengkambing hitamkan sesuatu atasnya, atau malah membanggakannya. Yuk, jadi generasi yang solutif :D
    1. Comment Author Avatar
      Betul.. Semangat belajar untuk para orang tua.
  11. Comment Author Avatar
    Aqil baligh mencerminkan kedewasaan ya kak. Salam kenal kak
    1. Comment Author Avatar
      Benar, Aqil baligh menjadi titik tolak manusia untuk bersikap dewasa dan bertanggung jawab atas hidupnya.

Silahkan sampaikan pendapatmu. Mari kita berdiskusi :)