Mari Berbicara tentang Kesehatan Mental (Bagian 3)

pexels.com


Ketika membahas kesehatan mental, terutama dalam keseharian maka kita kadang tak terlepas dari gangguan mental yang namanya stress. Sebelumnya juga sudah kubahas juga di sini dan di sini aku juga membahas beberapa hal yang terkait gangguan mental. 

Nah stress ini berkaitan juga dengan kemampuan kita dalam menghadapi tekanan-tekanan hidup yang melampaui batas. Kadang pun kita berusaha untuk mengelola stress yang dianggap sebagai beban karena sudah berada di luar kemampuan diri individu. Proses pengelolaan tersebut disebut dengan istilah coping

Menurut Carver (dalam Yusuf LN) coping terhadap stress itu ada yang bersifat positif dan negatif. Menurut Weiten dan Lloyd (dalam Yusuf LN) di antara coping yang negatif itu antara lain adalah :
1. Giving up (withdraw) : yaitu melarikan diri dari kenyataan atau situasi stres yang membentuk sikap-sikap seperti apatis, kehilangan semangat atau perasaan tak berdaya, meminum minuman keras atau
 sampai mengkonsumsi obat terlarang.
 
2. Agresif yaitu perilaku yang ditujukan untuk menyakiti orang lain baik secara verbal ataupun non-verbal. 

3. Memanjakan diri sendiri (indulging yourself) dengan melakukan perilaku konsumerisme yang berlebihan contohnya makan makanan yang enak-enak, menghabiskan uang untuk belanja atau jajan, dll. 

4. Mencela diri sendiri (blaming yourself) yaitu mencela atau menilai negatif terhadap diri sendiri, sebagai respon terhadap frustrasi  atau kegagalan. 

Lalu, apa yang harus dilakukan? Bagaimana cara yang tepat dalam memanajemen stress? Berikut adalah beberapa hal yang perlu dilakukan :

1. Mengubah persepsi negatif terhadap sesuatu 
2. Tidak mudah berburuk sangka
3. Mencari dukungan sosial dengan memperbanyak teman yang baik akhlaknya. 
4. Mengelola kehidupan sehari-hari secara lebih sehat dan teratur. Misalnya : tidur yang cukup, makan yang cukup (jangan berlebihan), bekerja teratur (tidak melebihi kemampuan), melakukan olahraga. 
5. Mencoba berpartisipasi aktif dalam kegiatan sosial kemasyarakatan. 
6. Merawat kesehatan diri dengan menjauhi perbuatan-perbuatan yang dilarang atau yang diharamkan. 

Manajemen stress dalam  perspektif Agama 


Selain hal diatas, ada juga manajemen strategi stess ditinjau dari sudut pandang agama (dalam hal ini agama islam). Apa sajakah? 

Salah satunya adalah memaknai sholat dengan lebih baik. Pada dasarnya sholat itu melatih pribadi muslim untuk memiliki beberapa komitmen yaitu :

Menerima sesuatu secara ikhlas atau ridha terhadap semua ketentuan Allah, senantiasa bersyukur atas segala nikmatNya, bersabar menghadapi musibah ataupun cobaan dan menjauhi perbuatan keji dan mungkar. 

William James yang merupakan Seorang filsuf dan ahli jiwa Amerika juga berpendapat, bahwa terapi terbaik bagi keresahan adalah keimanan kepada Tuhan. Seseorang yang benar-benar religius akan terlindungi dari keresahan, selalu terjaga keseimbangannya, dan selalu siap menghadapi hal buruk yang terjadi. 

Oleh karena itu, bagi yang ingin menghilangkan stress, penting untuk selalu terhubung pada sang pencipta. Selain itu juga harus memahami bahwa memang segala sesuatu yang terjadi adalah atas kehendaknya. Ada kalanya kita tak bisa mengontrol hal-hal negatif yang terjadi di hidup kita. Maka hal terbaik untuk melaluinya adalah dengan berpasrah diri dan berdoa padaNya.

Dalam islam sendiri kita dianjurkan untuk berdzikir sambil meresapi maknanya. Bukan hanya diucapkan di mulut saja tapi juga dipahami makna yang sesungguhnya karena Allah sendiri yang menjanjikan, bahwa dzikir akan membuat hati menjadi lebih tenang. 

Itulah beberapa hal yang bisa dilakukan untuk memanajemen stress dan menjaga kesehatan mental kita. Jika dirasa gangguan mental sudah mulai mengganggu aktivitas sehari-hari, tak ada salahnya untuk berkonsultasi pada yang ahli , dalam hal ini psikolog atau psikiater. Kita pun juga harus terus ikhtiar dalam doa, memperbaiki ibadah dan mendekatkan diri pada Sang Pencipta. 

Semoga tulisan ini bermanfaat ya dan semoga kita semua bisa menjaga kesehatan mental kita. Tetaplah bersyukur pada apa yang kita miliki dan tetaplah bersabar pada hal-hal yang kita jalani. Memang tidak mudah, tapi semoga kita dimudahkan untuk melakukannya 
(self reminder)


Sumber :
Yusuf LN, Syamsu. (2018). Kesehatan Mental, Perspektif Psikologi dan Agama. PT. Remaja Rosdakarya. 

Posting Komentar untuk "Mari Berbicara tentang Kesehatan Mental (Bagian 3)"