Review Buku : Istri sebagai Korban dan Pelaku KDRT

Judul Buku: Perempuan Membunuh? Istri sebagai Korban dan Pelaku KDRT
Penulis: Dr. Vinita susanti, M.Si
Jumlah halaman: 180 hal
Penerbit: PT. Bumi Aksara
Tanggal-bulan-tahun diterbitkan : Januari 2020
Tahun terbit digital : 2021
ISBN: 978-602-444-736-6
ISBN : 978-623-328-059-4 (PDF)


Berhubung waktu itu sedang maraknya kasus kekerasaan dalam rumah tangga (KDRT), entah itu kdrt yang dilakukan para artis atau masyarakat biasa. Akhirnya aku ingin membaca lebih lanjut tentang hal ini. Cari di perpusnas, ketemulah buku ini. 

Oh iya, sebelumnya barangkali mungkin ada yang belum tahu dengan apa yang dimaksud kdrt. Jadi, berdasarkan situs Komnas Perempuan, kdrt  adalah kekerasan berbasis gender yang terjadi di ranah personal. Biasanya kekerasan ini terjadi dalam hubungan relasi personal, dimana pelaku adalah orang yang dikenal baik dan dekat oleh korban. 

Aku sendiri baru pertama kali membaca buku tentang kdrt. Buku yang kubaca kali ini merupakan karya dari Vinita Susanti. Beliau ini ternyata merupakan lulusan S1, S2 dan S3 Fisip UI dan merupakan Ketua Program Pascasarjana Departemen Kriminologi FISIP UI (2015-2019). 

Selain menjadi dosen dan penulis, beliau merupakan seorang peneliti. Oleh karena itu, buku ini juga merupakan bagian dari penelitian yang dia lakukan terkait kasus KDRT di Indonesia. Berikut aku akan coba merangkum singkat tentang isi bukunya.

Rangkuman Singkat tentang Isi Buku


KDRT yang dilakukan suami terhadap istri merupakan teror terhadap perempuan yang paling banyak terjadi di berbagai negara.  Sekitar 20-67 perempuan menjadi korban kdrt dan ini terjadi baik di negara berkembang maupun maju (Krane, 1996 dalam Susanti 2020).

Istri banyak yang menjadi korban karena istri dianggap sebagai "milik suami" yang berada di bawah kekuasaan suami sepenuhnya. Tapi meski demikian seorang perempuan bisa pula menjadi pelaku. 

Biasanya memang ada motivasi yang membuat seorang istri melakukan tindak kekerasan kepada anak atau suaminya. Contoh kasus tahun 2001, seorang istri (SN) membunuh suaminya dan memutilasinya. Ia memotong hingga 8 bagian dan bagian kelaminnya dibakar sampai menjadi abu. Hal tersebut didorong oleh rasa kesal karena suami berselingkuh. 

Ada juga pembunuhan lain yang dilakukan oleh M pada tahun 2010. Ia memutilasi suaminya  karena selama 13 tahun pernikahan ia menjadi tulang punggung keluarga dan harus menafkahi suaminya. Beberapa studi besar memang menyebutkan bahwa wanita yang melakukan tindakan kekerasan merupakan upayanya dalam membela diri atau merespons permasalahan emosional pasangan, atau sebagai akibat dari masalah ekonomi wanita itu.

Bentuk KDRT

KDRT dibagi menjadi 4 kategori. Pengkategorian ini berdasarkan ketentuan pidana terhadap pelanggaran KDRT dalam UU Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2004. Empat bentuk kdrt adalah sbb :

1. Kekerasan fisik : adalah perbuatan apapun yang disengaja, walaupun dengan alasan menyatakan kekerasan, kemarahan bahkan menghukum, dengan sasaran fisik, tubuh,  dan bagian tubuh yang mengakibatkan rasa sakit, jatuh sakit atau bahkan luka. 

2. Kekerasan Psikologis : perbuatan yang tidak menyasar fisik korban,tetapi mengakibatkan ketakutan, hilangnya rasa percaya diri, hilangnya kemampuan untuk bertindak, timbulnya rasa tidak berdaya, dan atau penderitaan secara psikos kepada korban. Intinya bisa menganggu kesehatan mental korban. 

3. Kekerasan Seksual : adalah setiap perbuatan pemaksaan hubungan seksual dengan cara tidak wajar dan atau tidak disukai. Dan juga pemaksaan hubungan seksual dengan orang lain, untuk tujuan komersial dan/atau tujuan tertentu baik dengan sesama penghuni rumah tangga tersebut atau orang di luar rumah tangga tersebut.

4. Penelantaran Rumah Tangga : Perbuatan menelantarkan orang dalam lingkup rumah tangga, padahal orang tersebut harus dinafkahi, dirawat, dan dipelihara. Penelantaran juga dialami seseorang jika berakibat ketergantungan ekonomi karena dibatasi atau dilarang untuk bekerja yang layak, di dalam atau di luar rumah sehingga korban berada di bawah kendali pelaku.

Penyebab KDRT terhadap Istri

Berikut ini adalah beberapa penyebab kdrt :

1. Kekerasan, budaya dan patriarki
Berkaitan dengan konteks sosial budaya di dalam keluarga yang dapat memengaruhi cara individu berinteraksi dalam keluarga, serta pada norma dan nilai yang ditularkan kepada anak-anak melalui sosialisasi. Adanya ideologi superioritas laki-laki, khususnya di dalam masyarakat yang menekankan aspek ekonomi.

2. Hubungan Interpersonal 
Bisa disebabkan karena adanya ketidakbahagiaan dalam rumah tangga, 
Ketidaksetiaan pasangan dan kehamilan yang tak terduga.

3. Karakteristik Individu dan Temperamen dari Pelaku 
Adanya sikap rendah diri, kontrol impuls yang buruk, distorsi kognitif dan keterampilan sosial yang buruk, kepribadian yang antisosial, serta gangguan depresi dan kecemasan. 

4. Peran Gender
Perempuan secara konsisten menghadapi luka fisik dan psikologis yang lebih besar dari kekerasan yang dilakukan pasangannya. 

5. Kekerasan dalam Keluarga Asal 
Pelaku kekerasan dalam rumah tangga cenderung memiliki pengalaman kekerasan dalam keluarga asal mereka, termasuk menyaksikan kekerasan antara orang tua ataupun mengalami kekerasan sejak kecil. Ini selaras dengan teori belajar Sosial Bandura bahwa anak-anak yang tumbuh di keluarga yang penuh kekerasan akan meniru model perilaku tersebut secara signifikan.

Pendapatku tentang Buku ini

Bagi kamu yang ingin tahu tentang teori yang berkaitan dengan kdrt, menurutku buku ini bisa dijadikan sebagai referensi. Apalagi penulis juga mencantumkan contoh kasus yang penulis teliti sendiri sehingga kita sebagai pembaca bisa membandingkan apakah hasil penelitian sejalan dengan teori yang ada. 

Namun, berhubung buku ini ditulis oleh seorang akademisi, bahasa yang digunakan menurutku cukup membosankan karena menggunakan istilah-istilah atau ungkapan yang sulit dipahami. Tidak hanya istilah, tapi juga kalimat-kalimat yang digunakan terkadang susah dicerna. Mungkin karena penulis menerjemahkan kalimat tersebut dari bahasa asing (karena memang berkaitan dengan teori) sehingga kalimatnya jadi terkesan "aneh" jika dibaca dalam bahasa Indonesia. 

Selain itu, ada beberapa hal yang aku tak bisa temukan jawabannya di buku. Yaitu tentang pencegahan kdrt dan saran kepada pembaca terkait apa yang harus dilakukan jika mengalami kdrt atau menemukan kasus kdrt di sekitarnya. Menurutku hal tersebut perlu dimasukkan agar bisa menjadi solusi bagi korban atau saksi kdrt. 

Namun, sisi yang menarik dari buku ini adalah ketika penulis memberikan informasi terkait penelitiannya pada empat informannya. Kisah empat informan tersebut cukup menarik untuk dibahas. 

Apa yang menarik? Bahwasanya memang benar kekerasan dalam rumah tangga itu terjadi karena memang adanya budaya patriarki yaitu budaya dominasi laki-laki terhadap perempuan. Dalam buku dijelaskan bahwa proses dominasi yang mereka alami bermula dari pernikahan yang dianggap sebagai penyerahan tubuh dan jiwa perempuan (istri) kepada laki-laki (suami). Pada saat itu perempuan sudah berubah status tidak lagi dalam perlindungan orang tuanya, tetapi menjadi "milik" suaminya. 

Hal itu menjelaskan kenapa perempuan banyak yang jadi korban dalam kdrt (walaupun memang ada pula laki-laki yang menjadi korban). Hanya saja dalam hal ini lebih banyak menimpa perempuan. Hal ini mungkin disebabkan karena ada anggapan bahwa perempuan yang menjalani kehidupan semacam itu (mengalami kekerasan) dianggap sebagai sebuah bentuk kepatuhan yang wajar. 

Akibat dari anggapan tersebut banyak mungkin perempuan yang berusaha bertahan, entah demi anak atau demi berusaha menjadi istri yang taat meski dirinya harus disakiti. Tentu itu merupakan sebuah fakta yang menyedihkan terutama bagi seorang perempuan yang hidup dalam hubungan toxic semacam itu. 

Penilaian Review Indri 


Bagi para akademisi yang ingin membaca buku ini sebagai referensi tulisan karya ilmiahnya, bisa jadi buku ini akan membantu lebih banyak ya. Kalau buatku yang merupakan pembaca awam, buku ini memang bisa dipahami secara garis besar tapi  jujur saja bahasa yang digunakan kurang renyah untuk dibaca. Jadi kalau kamu sedang mencari buku yang santai sebaiknya jangan baca buku ini ya hehe. Overall, 6.5/10 untuk buku ini. 



Disclaimer
Review ini dibuat berdasarkan pendapat dan pengalaman pribadi. Bisa jadi orang lain akan memiliki pendapat dan penilaian yang berbeda.



15 komentar untuk "Review Buku : Istri sebagai Korban dan Pelaku KDRT"

  1. Comment Author Avatar
    Thanks sharingnya mba indri. Setiap membaca kasus kdrt, slalu jd berpikir kalau rumah tangga tanpa kdrt adl privilese. Mungkin bukan pemikiran yg pas ya. Tapi itu yg terpikir sejauh ini.
    Tapi
    1. Comment Author Avatar
      Betul juga ya. Apalagi tindak kekerasan tak hanya berkaitan dg kekerasan fisik, tapi bentuknya bisa bermacam-macam dan memang perempuan rentan sekali menjadi korban. Btw terimakasih sudah mampir kemari ya. Sehat-sehat dan bahagia selalu.
  2. Comment Author Avatar
    Serem banget ya kasus KDRT ini makin hari makin meningkat aja 🥲 bahkan para artis pun yang menurut kita baik- baik aja dari segi ekonomi, juga mengalami. Mau cari yg gimana lagi yaa hiks. Penyebabnya kadang nggak masuk di akal 🥲
  3. Comment Author Avatar
    Ngeri-ngeri sedap membaca fakta betapa banyaknya posisi perempuan sebagai seorang istri yang menjadi Korban Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT).
    Untuk saya pribadi ini menjadi reminder agar lebih hati-hati dalam berkomunikasi dan bisa lebih peduli dengan perasaan sosok istri
  4. Comment Author Avatar
    Untuk ngomongin soal bukunya, sebenernya agak sayang kalaau enggak ada dikasih tau—meski secara tersirat soal pencegahan dan meminimalisir KDRT itu sendiri karena kita membava buku paling enggak mendapatkan penyelesaiannyaaa. Tapi, mungkin buku ini lebih menunjukkan kepada bahwa KDRT itu nyata adanya dan bisa jadi pelajaran buat pembacaan
  5. Comment Author Avatar
    KDRT apapun bentuknya dan apapun alasannya sangat tidak dibenarkan untuk dilkaukan. Jika terjadi pada kita lebih baik pergi dan tinggalkan. Kita berhak mendapatkan hidup yang lebih baik dan bahagia.
  6. Comment Author Avatar
    Maraknya kasus kdrt seperti ini yang bikin saya takut nikah :( Perempuan kalau salah pilih pasangan bisa menderita sampai mati huhu. Terima kasih atas reviewnya mbak indri. Kebetulan saya tertarik banget sama kasus kdrt. Buku ini bisa saya jadikan bahan bacaan nih hehe. Sukses terus mbak
  7. Comment Author Avatar
    Buku yang keren banget, jarang juga yang secara eksplisit membahas tentang kekerasan. Ada di digital juga ya, jadi mau baca ah
  8. Comment Author Avatar
    Anisa Alfi - Baca judul sekilas buku kdrt ini kayaknya emang agak berat, ya. Cocok nih buat referensi. Namun baca pengantarnya sangat membantu dan bikin paham tentang kdrt. Terimakasih, mbak 😄
  9. Comment Author Avatar
    Menjadi hal besar atau PR besar bagi orang tua juga karena selain dalam rumah tangga ada juga kekerasan di luar rumah tangga seperti cowok kepada ceweknya. Ini juga perlu mendapat perhatian, agar kelak ketika berumah tangga tidak ada KDRT
  10. Comment Author Avatar
    Menarik bukunya jadi pengen baca. KDRT merupakan salah satu bentuk luka pengasuhan yang belum sembuh.
  11. Comment Author Avatar
    yang paling mematikan adalah KDRT psikologi. Apalagi kalausudh fisik dan psikologi, sudah pasti mental perempuan tidak akan sehat lagi.Prihatin dengan berita akhir-akhir ini, kalau banyak pasangan yang sepertinya belum siap mentalnya dalam berumah tangg.
  12. Comment Author Avatar
    contoh kasus yang dikemas dalam buku ini menambah trusted buku tentang KDRT yang dimaksud ya mbak. Misal sy yg baca pasti ikutan sepakat dengan penyajian penulis bab KDRT, nambah referensi.
  13. Comment Author Avatar
    Saya beberapa kali mengetahui kasus KDRT ini dari circle terdekat, butuh keberanian yang luar biasa untuk mengakui dan menyelesaikan kasus KDRT, walaupun harus berakhir dengan perceraian
  14. Comment Author Avatar
    KDRT semakin hari semakin marak kita dengar beritanya, dengan semakin banyaknya buku bertema seperti ini membuka cakrawala terkait KDRT bagi para pembacanya

Silahkan sampaikan pendapatmu. Mari kita berdiskusi :)