Tips Mengatasi Parental Burnout

Stop burnout
pexels.com/Nataliya Vaitkevich


Pernah gak sih sebagai orang tua terutama seorang ibu, mengalami kelelahan yang luar biasa? Sebagai ibu terkadang kita terlalu sibuk mengurusi anak-anak hingga kadang abai dengan kebutuhan sendiri.

Akibatnya apa? Akibatnya rasa lelah itu memunculkan stress yang membuat seorang ibu merasa berat mengasuh anak. Itulah yang disebut Parental burnout. Kondisi ketika muncul rasa lelah dan stress jangka panjang yang berujung pada perasaan berat dalam mengurus keluarga. 

Sebenarnya rasa lelah menjadi orang tua adalah sesuatu yang normal. Hanya saja, kadang orang tua (terutama ibu) kerap merasa bersalah ketika harus merasa lelah dan beristirahat. Bahkan kadang sampai menyalahkan dirinya sendiri. Perasaan ini malah justru membuat sang ibu secara emosional merasa jauh dengan anak. 

Lalu, apa saja yang harus dilakukan ibu agar bisa menghindari atau setidaknya mengurangi parental burnout? Berikut ini hal-hal yang barangkali bisa dicoba:

1. Sempatkan Beristirahat dikala Anak Tidur

Stop dulu kerjaan rumah dan pikiran yang memusingkan. Lebih baik tidur untuk merecharge energi ketika anak tidur. 

Aku sendiri semenjak punya anak, selalu berusaha menyempatkan waktu untuk tidur siang karena sungguh terasa sekali capeknya jika tidak menyempatkan diri untuk istirahat di siang hari. Jadi penting sekali bagi para ibu untuk mengistirahatkan diri agar setidaknya nanti masih punya energi untuk beraktivitas dan tentunya membantu menjaga kesehatan mental

2. Pakai Asisten Untuk Membantu

Jika ekonomi memungkinkan, minta bantuan art untuk menghandle pekerjaan rumah. Bisa juga melakukan outsourcing pekerjaan. 

Pakailah laundry atau catering. Sesekali tak mengapa membeli makan di luar jika sedang lelah memasak. Jangan paksa diri untuk melakukan semuanya sendiri.

3. Jalan-jalan

Sesekali gantilah suasana hati. Pergi berbelanja atau sekedar nongkrong di kafe dekat rumah. Jalan-jalan komplek atau taman di pagi hari. Setidaknya pergilah keluar mencari suasana baru sejenak. Jika memungkinkan, tidak apa-apa meminta waktu liburan sekali-kali. 

4. Diskusi dengan Suami

Coba carilah solusi bersama jika memang tak sanggup melakukannya sendiri. Mungkin dengan membuat kesepakatan terkait jobdesk di rumah. Siapa yang mencuci, merapikan rumah, menyetrika dan menjaga anak, agar ibu tidak merasa sendiri dalam melakukan kerjaan rumah. 

5. Turunkan Target dan Ekspektasi

Setelah punya anak tentu rumah tidak akan bisa serapih dulu, apalagi jika punya anak usia balita. Tak mengapa. Tak usah menuntut diri rumah harus rapi jali. 

Jika anak sudah mulai bisa diajarkan mandiri sebenarnya anak bisa diminta untuk merapikan sendiri. Namun jika belum bisa, maka nikmati saja. Tak ada salahnya dengan rumah yang berantakan.
Ini termasuk juga target-target lain yang menjadi standar sehari-hari di rumah. Jika memang tak bisa dipenuhi maka lebih baik berdamai dengan kondisi yang ada. 


6. Lakukan Hal yang Disukai 

Mungkin dengan menyeruput kopi sambil membaca buku favorit? Mungkin dengan memakan cemilan kesukaan sambil menonton acara menarik? Mungkin dengan menikmati pagi dengan melihat tanaman-tanaman hijau di teras rumah? Sesekali berkontemplasi atau lakukanlah hal yang disukai.

Kalau aku pribadi biasanya suka menulis di blog atau membuat konten di media sosial. Tak selalu tiap hari tapi kalau sudah dilakukan biasanya muncul kelegaan dan setidaknya memunculkan kebahagiaan. So, do your own favorite things

7. Jangan Kepo pada  Akun Medsos yang Memperlihatkan Kesempurnaan

Serius ini juga ngaruh. Kadang para ibu bertanya-tanya setelah melihat kehidupan orang di media sosial, 
"Kok bisa ya rumahnya rapi banget," 
"Kok bisa ya keliatan cantik terus," 
"Kok bisa ya anaknya makan lahap gitu," 

Ya bisalah, karena itu media sosial! Mereka hanya menampilkan yang baik-baiknya saja. Dan kita hanya melihat yang bagus-bagusnya saja. 

Ketika sudah begitu, ujung-ujungnya kita akan membandingkan ke diri sendiri yang ternyata berbanding terbalik dengan mereka. Akibatnya kita jadi down, merasa gak becus, merasa gagal dan jadi gak bersyukur. Justru hal tersebut malah memperburuk kondisi kita. 

Jadi, kalau media sosial malah membuat mental kita gak sehat, just leave it. Kalau perlu lakukan hibernasi dan jauhkan diri dari sikap membandingkan diri sendiri dengan pencapaian orang lain. 


8. Perhatikan Kondisi Fisik

Ibu-ibu, yuk makanlah dengan layak. Jangan hanya makan makanan sisa anak. Jangan pula menghabiskan waktu untuk makan makanan tak sehat. Fisik kita juga butuh amunisi. 

Makan buah. Minum air putih yang cukup. Jika memang diperlukan, bisa juga minum suplemen supaya tubuh terpenuhi oleh nutrisi yang baik. Tubuh yang sehat akan membantu kita menjalani aktivitas dengan lebih baik. Tubuh yang sehat juga akan membuat kita lebih bersemangat. 

9. Stop Mendengarkan Komentar Orang

Adakalanya kita butuh "menyumpal" telinga kita dari hal-hal yang tak mengenakkan. Kita perlu menyaring hal-hal yang menjatuhkan diri kita. 

Bukan berarti kita jadi tak peduli dengan nasihat orang, tapi ada komentar-komentar yang memang perlu dicuekin. Terutama komentar yang bisa menyakiti hati kita dan membuat mental kita down. Cobalah fokus pada hal-hal berguna, yang membuat kita merasa lebih baik dan tentunya membuat kita termotivasi menjadi sosok yang lebih baik. 

10. Buatlah Jadwal Harian

Belajarlah memanajemen waktu dengan jadwal harian. Jika kita mampu mengatur waktu dengan baik, maka kita jadi bisa mengatur kapan waktu istirahat dan kapan waktu memanjakan diri. 

Tapi perlu diingat, tak perlu terlalu terpaku dengan jadwal yang ada. Jika kondisi tak memungkinkan untuk mengikuti jadwal, entah karena anak yang tiba-tiba rewel atau sakit atau hal-hal tak terduga lainnya, maka tak mengapa. Kita bisa skip dulu jadwal tersebut dan lakukan di lain waktu. 

11. Konsultasi dengan Orang yang Tepat 

Jika dirasa sudah tak sanggup menghadapi burnout, selain berbincang dari hati ke hati dengan suami, bisa dipertimbangkan pula untuk berkonsultasi dengan tenaga profesional. Bisa ke psikolog atau psikiater, agar bisa dicari solusi yang tepat untuk mengatasi masalah yang ada. 

Jika dirasa mahal, bisa juga atur janji ke puskesmas. Biasanya di puskesmas juga ada layanan konsultasi dengan psikolog. Carilah informasi tersebut di puskesmas terdekat. 


12. Minta Tolong pada Yang Maha Kuat

Segala masalah di dunia ini memang tak bisa kita selesaikan sendiri karena pada dasarnya manusia itu lemah. Jadi penting sekali memohon kepada Allah untuk dimudahkan dalam menjalani peran di dunia. 

Coba luangkan waktu di sepertiga malam untuk sekedar berbincang berdua dengan Allah. Menangislah jika memang perlu. Luapkan segala emosi. Curahkan semuanya karena memang Dialah pendengar terbaik. Jangan ragu untuk berkeluh kesah dihadapanNya karena Ia pasti mendengar dan mau menemani kita menghadapi kesulitan hidup. Berdoalah dengan sungguh-sungguh agar kita diberikan kemudahan dalam menjalani peran-peran kita di dunia ini. 

Itulah beberapa hal yang bisa dilakukan untuk mencegah dan mengurangi burn out. Semoga bermanfaat. Jika kamu punya tips-tips lain yang biasa kamu lakukan, bisa sharing di komentar ya. Thank you! 




18 komentar untuk "Tips Mengatasi Parental Burnout"

  1. Comment Author Avatar
    Pernah dongg, kayanya tiap ibu pernah ya mengalami burnout. Kalau udah kek gini biasanya aku mulai diskusi ama suami sih, minta waktu sebentar buat me time atau bareng suami juga. Kami berbagi jobdesc saat ngga ada ART. Dan bener, mulai menurunkan target sii biar ga tambah stress.
    1. Comment Author Avatar
      Betul banget. Diskusi sama pasangan memang dibutuhkan ya.
  2. Comment Author Avatar
    Benar kak, saat anak-anak masih kecil para wanita rawan sekali mengalami burnout. Tapi, yakinlah masa-masa keriuhan saat anak masih kecil itu nanti akan sangat dirindukan nanti saat anak sudah besar.
    1. Comment Author Avatar
      Benar kak.. Makanya dalam kondisi skrg diusahakan biar bisa enjoy dan kadang itu buru support dari org terdekat.
  3. Comment Author Avatar
    Tulisan blog ini membahas topik yang sangat penting - parental burnout atau kelelahan orang tua. Sangat penting untuk membahas dan mengakui tantangan yang dihadapi banyak orang tua dalam dunia modern. Menjadi orang tua bisa sangat memuaskan, tetapi juga melelahkan, membuat stres, dan kadang-kadang, berujung pada kelelahan.

    Artikel ini dengan tepat menunjukkan bahwa orang tua sering kali menempatkan kebutuhan anak-anak di depan kebutuhan mereka sendiri, terkadang dengan merugikan kesejahteraan mereka.
  4. Comment Author Avatar
    ya Allaah terwakili banget sih soal burnout yang dialami oleh orang tua kayak aku gini, sebenernya bisaa mengatasi semuanya tapi ya itu ngeluhnya ga abis2 :(( hiks
    semoga kita semua dikuatkan sama Allaah ya
    1. Comment Author Avatar
      Aamiin.. Semangat selalu untuk para ibuu
  5. Comment Author Avatar
    TErima kasih remindernya kak, bener banget kadang lelah banget ya, tips terakhir tuh bener banget, ga ada lagi tempat bersandar yang paling nyaman selain kepada-Nya, bisa ngadu, nangis selanjutnya jadi lega dan bisa berpikir lebih jernih
    1. Comment Author Avatar
      Benar kak. Biar selalu sadar diri bahwa dalam hal apapun kita butuh pertolongan dariNya.
  6. Comment Author Avatar
    Ternyata, saya pernah mengalami parental burnout. Baca ini jadi sadar, butuh ambil jeda ya, saat dibutuhkan. Biar tidak stress berkepanjangan. Tips nampol banget buat emak-emak dan aku ini.
  7. Comment Author Avatar
    Dulu waktu anak anak masih kecil biar gak kelelahan caranya kita tidur jika anak tidur saya ikut tidur hehe...mayan istirahat sebentar.
    1. Comment Author Avatar
      Iya bener banget. Biar sekalian istirahat.
  8. Comment Author Avatar
    Sama banget mbak aku kalau udah cape selalu ikut anak tidur siang. Ikutan anak tidur siang itu enak banget, ke badan jadi seger. Karena kita tuh perlu tenaga lebih, anak udah bangun tenaganya baru lagi, fresh. Jangan sampai anaknya udah seger kita malah loyo huhu.
    1. Comment Author Avatar
      Betul mbak. Manfaatkan waktu yang ada Hehe.
  9. Comment Author Avatar
    Pernah banget mengalami apalagi dengan adanya anak yang masih kecil tidak bisa ditinggal dan aktivitas hampir 24 jam di rumah,
    Ma kasih mbak, tips nya berguna banget

Silahkan sampaikan pendapatmu. Mari kita berdiskusi :)